SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Solopos.com)--Beberapa penjual uang baru di kawasan Slamet Riyadi Solo mengaku tidak kapok dengan adanya modus baru pengedaran uang palsu (Upal) melalui penukaran yang baru, selama Ramadan ini.

Mereka tetap berkeras pada tradisi mencari sumber penghasilan tambahan dengan menjual uang baru. Seperti disampaikan Indra, 28, warga Kampung Baru Solo yang mengaku sudah sejak tahun 2004 selalu menjual uang baru ketika bulan Puasa tiba. “Kenapa harus kapok? Yang penting kan antisipasi. Saya yang sudah sejak 2004 berjualan uang baru, tentunya hafal sekali dengan uang asli,” kata Indra, saat ditemui Solopos.com, di Jl Slamet Riyadi, Jumat (5/8/2011).

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Indra sendiri selalu memastikan itu uang palsu atau uang asli dengan meraba bagian permukaan gambar pahlawan terutama di bagian pecinya. Misalnya, di uang Rp 100.000-an. “Di raba saja di bagian peci gambar pahlawan. Kalau kasar berarti asli, tapi kalau halus berarti palsu. Itu saja, ndak perlu 3D bagi saya akan jelas mana uang palsu dan mana uang asli,” kata dia.

Seperti diketahui, Rabu (3/8/2011), di sela-sela aktivitas penukaran uang yang digelar di Bank Indonesia (BI) Solo, salah seorang masyarakat kedapatan membawa uang kertas palsu Rp 100.000-an senilai Rp 1 juta.

Senada disampaikan Murni, 52, yang mengaku sudah sejak tahun 1985 mengais rejeki di Bulan Puasa dengan menjual uang baru. “Saya sudah hampir 25 tahun menjual uang baru, sebisa mungkin saya tidak akan tertipu dengan masyarakat yang membawa uang baru. Setiap masyarakat yang mau beli uang di tempat saya, harus mau saya teliti dulu uangnya dan jangan buru-buru,” kata Murni.

haw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya