SOLOPOS.COM - BPBD Karanganyar bersama PSB Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengecek pergerakan tanah di wilayah Karanganyar. Foto dirilis Selasa (7/9/2021). (Istimewa-BPBD Karanganyar)

Solopos.com, KARANGANYAR—Selain memberikan 11 unit early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini bencana tanah longsor sensor luar ruang (outdoor), Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo juga memberikan EWS sensor dalam ruang (indoor).

Ketua tim peneliti dari Program Studi (Prodi) Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS, Ahmad Marzuki mengatakan timnya mengembangkan sensor indoor dan sudah dipasang pada 100 rumah di 11 desa di Kabupaten Karanganyar.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Menurut dia, sensor tanah longsor yang dikembangkan timnya adalah jenis sensor pergerakan tanah yang memanfaatkan sifat gerakan tanah yang diamati lewat perubahan lebar retakan dinding dan rekahan.

“Alat ini ditempelkan di dinding yang mengalami retakan [retak karena pergerakan tanah]. Bila tanah bergerak maka retakan akan melebar dan sensor akan memberikan peringatan ke penghuni rumah,” Ahmad Marzuki saat penyerahan 11 unit EWS sensor outdoor dari UNS kepada Pemkab Karanganyar di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Alam (BPBD) Kabupaten Karanganyar, Kamis (30/6/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Ia menambahkan bahwa pengembangan sensor tersebut didukung dana penelitian dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kementerianristek).

Baca Juga: BPBD Karanganyar Dapat Bantuan 5 EWS Bencana Longsor Dari UNS Solo, Dipasang Di Mana?

Ahmad Marzuki yang juga anggota tim Pusat Studi Bencana (PSB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNS ini menambahkan sensor longsor yang diserahkan kepada Pemkab Karanganyar, pada Kamis tersebut adalah sensor outdoor.

Sensor outdoor ini dipasang untuk lingkup luasan tanah bergerak yang lebih besar.

Sensor tersebut akan membunyikan alarm ketika tanah mengalami pergeseran.

Jumlah EWS outdoor yang diserahkan tersebut berjumlah 11 unit dan sudah terpasang di tujuh desa di lima 5 kecamatan.

Mengingat daerah rawan longsor di wilayah Kabupaten Karanganyar cukup luas, jumlah unit sensor longsor yang telah terpasang tersebut dirasa masih sangat kurang.

Baca Juga: UNS Serahkan 11 Sistem Peringatan Dini Longsor ke BPBD Karanganyar

Namun demikian, pihaknya mengatakan tim di laboratoriumnya akan terus berusaha untuk menggali peluang-peluang sumber dana baik untuk pemeliharaan maupun pemasangan unit baru dengan inovasi teknologi yang lebih baru.

“Semoga EWS ini tetap bekerja dengan baik namun doa kami adalah semoga bencana longsor tidak akan terjadi,” harapnya.

Sementara itu, Dekan FMIPA UNS, Harjana, mengatakan bahwa bantuan yang diberikan kepada masyarakat Karanganyar tersebut merupakan bentuk tanggung jawab para peneliti yang telah menerima dana penelitian.

“Kami ingin memberikan manfaat kepada wilayah di sekitar UNS terlebih dahulu, seperti di Karanganyar. Kalau dirasa sudah cukup, baru ke luar,” ujar Harjana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya