SOLOPOS.COM - Warga Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo menampilkan tari keeling saat peringatan hari jadi Kabupaten Ponorogo Kamis (11/8/2022). (Istimewa)

Solopos.com, PONOROGO — Di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, ada tarian tradisional yang dinamakan Tari Keling. Tari tradisional ini berasal dari Dusun Mojo, Desa Singgahan, Kecamatan Pulung. Konon, Keling merupakan nama dari suku asli Ponorogo dan memiliki warna kulit hitam.

‘’Katanya mbah-mbah buyut, Suku Keling merupakan suku pertama di Ponorogo,’’ kata Wiyoto selaku ketua seni Tari Keling sekaligus generasi ke empat penerus tari ini, Kamis (11/8/2022).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tarian ini mempunyai keunikan tersendiri dari pemain, kostum, hingga unsur mistis. Hanya ada satu grup saja dan terdiri dari 35 personel. Yakni prajurit, pujangga, abdi putri, dan penari penggembira kerajaan.

Seluruh pemain dan musisi dalam tarian ini hanya bisa dimainkan oleh warga Dusun Mojo. Gerakannya pun terbilang monoton. Tarian ini tidak bisa bercampur ataupun berkolaborasi dengan kesenian lain.

Baca Juga: Tahun Ini Berusia 1 Abad, Begini Sejarah Pendirian PSHT

‘’Dari dulu sampai sekarang pakaian dan gerakannya ya begini tidak berubah. Pemainnya harus dari desa ini. Tidak ada unsur adopsi gerakan dari daerah manapun,’’ ucap Wiyoto.

Kostum yang digunakan oleh tokoh prajurit dalam tari keling ini harus diolesi menggunakan campuran minyak curah di sekujur tubuhnya. Selain itu, para penari memakai mahkota yang terbuat dari bulu ayam serta susunan daun kelapa menutupi daerah kemaluan.

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini cukup sederhana. Yakni kendang, kentongan, ketipung, dan jedor (bedug berukuran kecil). Bekas kostum yang digunakan juga tidak bisa dibuang di sembarang tempat, harus dibuang di Dusun Mojo.

Baca Juga: Harga Porang Anjlok, Petani Madiun Desak Kementan Standardisasi Harga

‘’Pada 2017 ketika ada acara parade budaya di Kediri ada yang membuang kostum tersebut di Alas Sukun. Sejak saat itu hingga sekarang banyak yang melihat ada keling menari di sekitar alas tersebut,’’ ujarnya.

Meskipun sejarah asal usul tarian ini sampai sekarang belum diketahui, Wiyoto berharap besar agar kesenian ini juga bisa mengepakkan sayapnya seperti reog. Mereka juga sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar dan turut melestarikan tarian ini.

‘’Semoga tarian ini tetap dilestarikan,’’ kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya