SOLOPOS.COM - Keripik pisang batik produk dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Sasmito Tani, Dukuh Mayah RT 23, Desa Bendo, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen. Keripik ini memiliki tekstur yang berbeda karena bergelembung proses dari penggorengan vacuum frying. (Solopos/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SRAGEN — Keripik pisang menjadi salah satu pilihan camilan hingga oleh-oleh bagi kebanyakan orang. Namun berbeda dengan keripik pisang batik bergelembung dari Sragen ini.

Keripik pisang ini merupakan produksi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sasmito Tani Dukuh Mayah RT 23, Desa Bendo, Kecamatan Sambungmacan, Sragen. 

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Kalau keripik pisang yang biasa, itu pisang mentah, diiris lalu digoreng. Teksturnya juga biasa saja, dengan rasa yang ditambah bumbu penyedap. Tapi untuk keripik pisang batik ini, sensasinya berbeda, karena bergelembung hasil dari proses memasak vacuum frying,” terang Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Sasmito Tani, Rini saat ditemui Solopos.com Kamis (11/8/2022).

Rini mengatakan yang berbeda dari keripik pisang pada umumnya, karena keripik pisang yang ia buat mempunyai motif seperti batik. Selain itu dia menggunakan pisang matang, jenis pisang yang digunakan adalah Pisang Uter atau Pisang Siam.

Ekspedisi Mudik 2024

Saat Solopos.com mencicipi keripik pisang tersebut, memang rasanya berbeda dengan keripik pisang pada umumnya. Terdapat kandungan udara di dalam keripik pisang tersebut, sehingga lebih renyah. Rasanya manis alami, karena Rini mengaku ia sama sekali tidak menambahkan bumbu apapun waktu mengolah pisang tersebut.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Sragen Hari Ini 14 Agustus 2022, Siapkan Jas Hujan

“Untuk proses pembuatannya cukup mudah, hanya prosesnya lumayan lama. Pisang Uter yang sudah matang dikupas lalu dipotong, dengan tambahan sedikit minyak lalu dimasukkan ke dalam mesin vacuum. Untuk prosesnya sekitar 2,5 jam. Kemudian siap untuk dikemas dan dikonsumsi,” tambah Rini.

Untuk satu kemasan Rini menjual dengan harga sebesar Rp15.000 per kemasan. Omzet yang didapat dalam satu bulan rata-rata Rp5,7 juta per bulan.

Pesanan keripik pisang batik ini akan naik tiga kali lipat waktu momen Hari Raya karena banyak diburu sebagai oleh-oleh.

Dalam satu bulan rata-rata Rini membutuhkan 48 kilogram pisang. Bahan baku pembuatannya dibeli dari warga sekitar Desa Bendo karena banyaknya tanaman pisang di sekitar daerah tersebut.

Baca Juga: Jalur KA Solo-Gundih di Sragen Kebanjiran, Jadwal 3 KA Terlambat

Produk ini mulai dirintis pada 2015. KWT Sasmito Tani Desa Bendo, Kecamatan Sambungmacan pernah meraih juara I dalam kategori pelaku ketahanan pangan, Kelompok Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) tingkat provinisi pada 2015. Memperoleh Piagam Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara. Sebelumnya pada 2014 memperoleh juara II.

Kemudian rumah produksi yang sekarang digunakan juga merupakan Bantuan Pemerintah Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura APBN TP 2021. Tempat yang dulu digunakan sekarang hanya untuk pertemuan rutin KWT Sasmito Tani.

Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan ini ia dapat dari pemerintah. Tidak hanya keripik pisang, banyak produk yang ditawarkan meliputi dawet okra, dawet kelor, keripik nangka, keripik singkong, keripik jamur, dan lainnya.

Rini mengaku produk kelompoknya cukup sukses di pasaran nasional, yang datang dari Surabaya, Jakarta, dan Kalimantan. Saat ini dia telah mengirim sampel untuk ekspor ke Singapura dan Malaysia melalui eksportir dari Solo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya