SOLOPOS.COM - Terowongan tua yang dulunya menjadi jalur kereta pengangkut tebu ini sekarang menjadi jalur alternatif utama bagi pengendara sepeda motor untuk menghindari proyek underpass Makamhaji. Namun jalur ini masih dikeluhkan pengguna karena tidak nyaman dan berisiko kecelakaan dan aksi kejahatan. (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi Purnamasari)

Terowongan tua yang dulunya menjadi jalur kereta pengangkut tebu ini sekarang menjadi jalur alternatif utama bagi pengendara sepeda motor untuk menghindari proyek underpass Makamhaji. Namun jalur ini masih dikeluhkan pengguna karena tidak nyaman dan berisiko kecelakaan dan aksi kejahatan. (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi Purnamasari)

SUKOHARJO – Terowongan tua di bawah jalur rel kereta Jogja-Solo di jalur penghubung Dusun Gobayan dan Dusun Butulan, Makamhaji untuk menghindari penutupan jalan akibat pembangunan underpass Makamhaji masih belum nyaman untuk dilalui. Padahal jalu ritu kini menjadi pilihan utama para pengguna sepeda motor.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Desa Makamhaji, Zaenuri, mengatakan masyarakat banyak mengeluhkan tentang kondisi jalan. “Jalan di sekitar jembatan tidak rata, untuk meratakan jalan saat ini dipasang papan. Penerangan juga masih minim,” ujarnya saat kepada Solopos.com, Jumat (31/8/2012). Akibat penerangan yang minim itu, beberapa waktu lalu sempat ada warga yang mengaku sepeda onthel miliknya diminta orang yang tidak dikenal.

Zaenuri juga mengimbau kepada masyarakat yang akan melewati terowongan Nolodutan untuk lebih berhati-hati. Terutama saat melintas di atas pukul 22.00 WIB. Kondisi jalan yang sepi mungkin dapat dimanfaatkan oknum tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindak kriminal. Beberapa anggota Linmas juga disiagakan untuk menjaga jalan alternatif itu.
Menurut Zaenuri, sebelum palang pintu perlintasan Makamhaji ditutup kondisi jalan alternatif itu masih sepi. Namun, setelah palang pintu perlintasan ditutup jalan mulai ramai. “Di sana [terowongan Nolodutan] harus ada yang menjaga karena jalan menikung cukup tajam,” imbuh Zaenuri.

Zaenuri sendiri mengaku telah berkomunikasi dengan pelaksana proyek terkait perbaikan jalan alternatif itu. Namun, menurutnya pihak pelaksana proyek kurang kooperatif. Ia berharap pelaksana proyek lebih memperhatikan keadaan jalan agar lebih aman dan nyaman. “Saya sms tidak membalas, saya telepon juga kadang-kadang tidak merespons. Padahal warga banyak protes kepada saya,” tukas Zaenuri.

Sementara itu, pelaksana proyek underpass, Sapto, mengatakan pihaknya akan segera menindaklajuti keluhan warga tersebut. Material perbaikan sudah dipersiapkan tinggal menunggu pelaksanaan perbaikan. “Penerangan hanya di satu titik yang belum terkaver. Kami secepatnya akan memperbaiki ketidaknyamanan itu,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya