SOLOPOS.COM - BDG Art and Craft Expo 2015 di Graha Manggala Siliwangi Bandung, , Rabu (22/4/2015). (Rachman/JIBI/Bisnis)

UMKM Solo, ada tiga kendala dalam usaha pelaku UMKM.

Solopos.com, SOLO–Permodalan, promosi hingga akses pendaftaran hak atas kekayaan intelektual (HAKI) masih menjadi kendala yang dihadapi para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dalam pengembangan industri kreatif.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dibutuhkan intervensi pemerintah agar industri kreatif bisa bertahan dan berdaya saing tinggi. Hal itu mengemuka dalam diskusi yang digelar Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) di ruang Manganti Praja Kompleks Balai Kota Solo, Jumat (15/4/2016). Kegiatan diikuti para pelaku UKM dibidang kreatif se-Kota Solo.

Komunitas Gerakan Orang Muda Peduli Sampah (Gropesh) Solo, Denok Marti Astuti, menuturkan selama ini kerap terkendala persoalan permodalan dalam pengembangan produk kerajinan dari sampah. Padahal sampah memiliki nilai ekonomi tinggi yang bisa menghasilkan sebuah produk kreatif. Namun tak hanya modal, keberlangsungan promosi produk juga menjadi kendala tersendiri. “Kami tidak berhenti pada produk yang dihasilkan saja, tapi bagaimana kelanjutan pemasarannya. Kendala ini yang kerap kami hadapi,” ungkapnya.

Saat ini, dia mengatakan industri kreatif dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan utama, banyak diminati masyarakat. Dengan memanfaatkan sampah plastik misalnya, jika dikreasikan sedemikian rupa bisa menjadi barang yang bermanfaat. Selain itu juga dapat meningkatkan nilai jual sampah plastik itu sendiri. Contoh kerajinan tangan yang dibuat dari sampah plastik adalah tas cantik yang unik dan tidak kalah cantik dengan tas berbahan dasar kain.

“Kami terus memberi edukasi kepada masyarakat untuk peduli sampah menjadi nilai ekonomi tinggi. Namun modal dan promosi inilah yang kami butuhkan,” kata dia.

Pihaknya juga mengeluhkan sulitnya mengakses untuk pendaftaran HAKI. Memulai bisnis dan menjalankannya tanpa memperhitungkan perlindungan terhadap HAKI adalah sebuah kesalahan. Hal itu dapat membuat karya atau pun kreasi para entrepreneur bersangkutan dapat dicuri dengan mudah.

Dalam dunia bisnis, HAKI menjadi elemen penting karena dapat memberikan keunggulan berkompetisi di industri kreatif. “Oleh karena itu, kami ingin dipermudah dalam pengurusan HAKI,” katanya.

Farid dari Molen Crunchy juga terkendala tempat produksi yang belum representatif. Di sisi lain permintaan konsumen cukup tinggi. Ia juga berencana mengembangkan bisnisnya dengan membuka cabang di luar kota, namun terkendala permodalan.

Komunitas Fotografi, Bon Hidayat mengatakan fotografi menjadi salah satu industri kreatif yang saat ini tengah menggeliat. Namun dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini, para pelaku ekonomi kreatif bidang fotografi terkendala sertifikasi profesi. Pengurusan sertifikasi profesi untuk fotografer sejauh ini hanya bisa dilakukan di Jakarta dan Bandung.

“Kami berharap Bekraf bisa memfasilitasi. Artinya pengurusan sertifikasi bisa dilakukan di Solo,” katanya.

Direktur Akses Perbankan Bekraf, Restog K. Kusuma, mengatakan Bekraf memfasilitasi pelaku ekonomi kreatif di seluruh Indonesia dan menarik pelaku ekonomi kreatif baru. Peningkatan kapasitas dari masing-masing komunitas melalui pelatihan dan pembinaan serta mendukung permodalan dari tiap pelaku ekonomi kreatif.

“Ada 16 subsektor ekonomi kreatif yang dibiayai Bekraf, di antanya kuliner, kerajinan, fashion, aplikasi dan game online, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk. Selain itu film, fotografi, musik, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya