SOLOPOS.COM - Damar Sri Prakoso (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Setiap tanggal cantik 12.12 atau 12 Desember diperingati sebagai Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Tercatat sejak 2012 sampai sekarang acara pesta diskon tahunan ini tak pernah absen digelar dan sukses mengundang antusiasme banyak orang.

Aneka promosi menggiurkan seperti penawaran harga lebih murah, iming-iming diskon besar, cash back, cicilan 0%, menjadi senjata e-commerce untuk menarik perhatian konsumen. Banyak orang yang bahkan sengaja menunggu momentum Harbolnas ini untuk belanja besar-besaran.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Nyatanya tidak semua barang yang dibeli itu barang yang dibutuhkan. Tidak sedikit pula yang justru kebobolan saat Harbolnas gara-gara gelap mata. Memasukkan banyak barang ke keranjang dan di-check out semua.

Terlepas dari perilaku konsumtif banyak orang saat Harbolnas, program yang dicetuskan Indonesian E-Commerce Association (IdEA) ini membantu mendorong terjadinya transaksi yang lebih banyak. Cita-citanya mampu memberi dampak positif terhadap perekonomian para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), terutama mereka yang memiliki produk lokal.

Tema besar Harbolnas 12.12 tahun ini adalah produk lokal meraja, Indonesia jaya. Bila ditarfsirkan, ini menjadi bentuk dukungan bagi para pelaku UMKM lokal untuk menopang perekonomian nasional. Sejarah mencatat UMKM memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara.

Saat krisis ekonomi pada 1997/1998, UMKM terbukti tangguh dan mampu bertahan. Tulus Tambunan dalam buku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (2012) menjelaskan alasan UMKM penting bagi perekonomian nasional, antara lain, jumlah UMKM yang sangat banyak dan tersebar di perkotaan maupun perdesaan, bahkan hingga di pelosok terpencil.

UMKM sangat padat karya serta mempunyai potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang besar dan peningkatan pendapatan. UMKM menampung banyak pekerja dengan tingkat pendidikan rendah. UMKM mampu menyediakan barang-barang kebutuhan relatif murah. UMKM juga mampu dan cepat beradaptasi dengan perubahan zaman.

Dalam ASEAN Investment Report yang dirilis pada September 2022, Indonesia tercatat memiliki UMKM terbanyak di kawasan Asia Tenggara. Laporan itu menjelaskan jumlah UMKM di Indonesia pada 2021 mencapai 65,46 juta, jauh lebih tinggi dibanding di negara-negara tetangga.

Pada 2021 UMKM Indonesia tercatat menyerap 97% tenaga kerja, menyumbang 60,3% terhadap produk domestik bruto (PDB), serta berkontribusi 14,4% terhadap ekspor nasional. Proporsi penyerapan tenaga kerja UMKM Indonesia itu paling besar di Asia Tenggara.

Di negara-negara tetangga, di kawasan Asia Tenggara, UMKM hanya menyerap tenaga kerja 35%-85%. Jika dilihat dari kinerjanya, Indonesia masih kalah dari Myanmar yang UMKM-nya mampu menyumbang hingga 69,3% terhadap PDB.

UMKM Indonesia juga tertinggal dibanding UMKM Singapura yang kontribusi ekspornya mencapai 38,3%, Thailand 28,7%, Myanmar 23,7%, dan Vietnam 18,7%. Pemerintah Indonesia terus berupaya mendorong peningkatan kinerja UMKM nasional, salah satunya lewat strategi digitalisasi.

Meningkatkan Eskpor

Pada 2020, pemerintah meluncurkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) untuk mendorong digitalisasi (onboarding) UMKM offline serta mendorong national branding produk UMKM unggulan pada berbagai marketplace.

Selain itu, gerakan ini juga diharapkan dapat meningkatkan ekspor produk UMKM. Secara umum, potensi ekspor UMKM masih didominasi produk-produk seperti aksesori, batik, kriya, fesyen, serta makanan dan minuman olahan.

Pada 2024, Presiden Joko Widodo meminta agar 30 juta UMKM go digital. Hasil akhir yang diharapkan tak hanya mereka masuk platform digital, namun juga berhasil menjadi pemain global dan berorientasi ekspor.

Pada Harbolnas tahun ini, IdEA menyebut 108 e-commerce atau lokapasar berpartisipasi dan ditargetkan jumlah produk dan UMKM lokal yang ikut serta mencapai 70%. Program ini tidak hanya diikuti oleh UMKM yang memiliki website tetapi juga yang berjualan di platform mana pun.

Tren transaksi pada Harbolnas 2018-2021 dilaporkan terus meningkat. Pada 2021 transaksinya Rp18,1 triliun, meningkat 56% daripada tahun sebelumnya. Harbolnas mencatat konsumsi produk lokal pada 2021 sebesar Rp 8,5 triliun, meningkat hampir 40% daripada tahun sebelumnya.

Peningkatan transaksi pada 2022 ditargetkan hingga 50% dari capaian 2021 atau bisa tembus Rp27 triliun. Pada era sekarang angka jual beli online memang meningkat pesat. Berhasilnya sistem perdagangan daring di Indonesia tak terlepas dari antusiasme masyarakat Indonesia.

Online shopping lebih praktis, bisa kapan saja dan di mana saja, hanya dengan bermodalkan smartphone yang terhubung ke jaringan Internet. Ibarat pepatah Jawa, tumbu ketemu tutup. Budaya berbelanja online yang hadir oleh kebutuhan manusia, kebetulan juga didukung kemajuan zaman. Cocok.

Tinggal dikuatkan saja misi untuk bersama-sama membesarkan UMKM lokal dengan aneka produk agar menjadi raja di tingkat global. Dengan segala kontribusinya terhadap perekonomian negara, pada akhirnya UMKM bisa turut membawa Indonesia menuju kejayaan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 12 Desember 2022. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya