SOLOPOS.COM - Sejumlah pekerja menyelesaikan pesanan tas di sebuah rumah produksi milik warga Dusun Karang, Desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo, Rabu (12/7/2017). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

UMKM Kulonprogo kali ini memproduksi berbagai jenis tas.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Berbagai jenis tas diproduksi setiap hari oleh tangan-tangan terampil di Dusun Karang, Desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo. Tas-tas yang dihasilkan tidak hanya dijual di wilayah Jogja dan sekitarnya, tetapi juga hingga luar Jawa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Usaha produksi tas tersebut dirintis seorang warga bernama Sareh Budiarto sejak 2002 lalu. Sebelumnya dia pernah bekerja di sebuah produsen kaos ternama di Jogja. Namun, dia berhenti dan menjadi pengangguran.

Ekspedisi Mudik 2024

“Terus ada teman yang produksi tas. Saya ikut memasarkan sambil belajar, lihat tata mesinnya, dan sebagainya,” kata Sareh, Rabu (12/7/2017).

Sareh pun memberanikan diri untuk memulai usahanya sendiri. Dia kemudian menjalin kemitraan dengan sejumlah pabrik tas. Pihak pabrik menyuplai bahan baku sesuai standar masing-masing untuk dibuat menjadi tas di rumah produksi milik Sareh. Dengan jumlah pegawai yang mencapai 15-20 orang, mereka bisa menyelesai hingga 100 tas per hari.

Sareh mengatakan tas yang paling diminati konsumen adalah jenis ransel. Namun, dia juga memproduksi jenis lainnya seperti tas untuk wadah kamera, suvenir, bahkan tas khusus untuk membawa sangkar burung. Selain bekerja sama dengan pabrik tas, dia juga menerima pesanan dari sekolah dan instansi pemerintahan maupun swasta. Pesanan itu datang dari wilayah Jogja, Semarang, dan Surabaya. Dia juga pernah menjual tasnya untuk konsumen di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera.

Harga produk tas Sareh sangat beragam dan tergantung tingkat kesulitan dalam pembuatannya, yaitu berkisar antara Rp5.000 hingga Rp200.000. Sareh lalu mengatakan, omset usahanya saat ini mencapai sekitar Rp50 juta per bulan.

“Ini jualnya masih pakai cara biasa, tidak online. Tahu-tahu pelanggan pada datang sendiri. Bisa dibilang secara getok tular,” ujar Sareh.

Sareh lalu mengatakan, para pegawainya kebanyakan merupakan warga sekitar Jatisarono. Dia mengaku merasa senang karena bisa membuka lapangan kerja sehingga membantu mengurangi pengangguran. “Kalau belum pengalaman, nanti kita ajari dulu,” ungkap dia.

Seorang karyawan bernama Titin mengaku sudah empat tahun bekerja di rumah produksi tas milik Sareh. Dia diterima meski tidak punya pengalaman atau keterampilan menjahit. “Dulu cuma diajak sama teman. Cukup bisa membantu perekonomian keluarga,” ucap warga Jatisarono berusia 35 tahun tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya