SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

UMKM Kulonprogo unggul dibidang anyaman serat alam.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Ada hal yang menarik perhatian tiap kali melewati kawasan Nanggulan. Sejumlah warga nampak selalu sedang melakukan proses penjemuran tali ataupun terlihat gulungan tali memenuhi halaman rumah penduduk. Tali-tali tersebut ternyata adalah serat alam yang dimanfaatkan untuk membuat kerajinan berkualitas ekspor.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tali tersebut ternyata merupakan serat alam yang telah mengalami proses pewarnaan untuk dijadikan kerajinan. Hal ini sendiri rupanya sudah dilakukan selama bertahun-tahun oleh warga Naggulan dan sudah menjadi suatu industri rumahan yang menyokong perekonomian warga sekitar.

“Warga di sini sudah melakukannya bertahun-tahun, turun temurun,” ujar Isti Purwaningsih, salah satu pengepul kerajinan serat alam di Dusun Donomulyo, pada Jumat (15/1/2016).

Setiap pengepul akan menyediakan serat yang telah dijemur sebagai bahan baku anyamanan bagi tas, keranjang dan berbagai kerajinan lainnya. Serat ini sendiri dibuat dari daun pandan ataupun enceng gondok yang direbus hingga lunak. Air rebusan ini kemudian dicampur dengan pewarna agar pandan tesebut memiliki warna yang menarik namun tetap dipilih warna-warna yang alamiah. Pasalnya, para pembeli kerajinan ini lebih suka jika produk yang mereka beli masih berwarna alami.

“Kami pakai pewarna tekstil, tapi aman kok,” ujar Isti.

Setelah direbus selama beberapa jam, hasil rebusan ini kemudian dijemur untuk menguatkan serta-serat tersebut. Proses penjemuran inilah yang kemudian banyak dilakukan warga di tepi-tepi jalan ataupun halaman rumahnya. Setelah dijemur dan lebih kuat, serat ini kemudian dianyam menggunakan cetakan hingga suatu bentuk kerajinan. Setelah selesai dianyam, kerajinan ini kemudian dikemas untuk disetorkan ke pengepulnya masing-masing.


Kerajinan yang Berkualitas Ekspor

Para pengepul inilah yang kemudian melakukan proses finishing dan pengemasan sebelum disetorkan ke berbagai pabrik di berbagai daerah sekitar seperti Bantul dan Solo. Meski dibuat di Kulonprogo, Isti mengaku belum pernah menyetorkan produknya ke pabrik di Kulonprogo.

Isti menguraikan jika untuk setiap kerajinan yang dibuat, para pengrajin tersebut diupah dengan harga berkisar Rp30.000-Rp50.000 per buah, tergantung pada tingkat kesulitan dan model. Nominal ini dirasa cukup karena untuk cetakan dan bahan baku yang digunakan disediakan oleh para pengepul.

“Kalau kami jual ke pabrik ya sekitar Rp50.000 ke atas,” jelas wanita yang telah menekuni kerajinan ini sejak tahun 2000.

Isti sendiri mengaku memiliki sekitar 200 pengrajin yang tiap bulan membantunya memenuhi pesanan dari pabrik yang berkisar 5000 buah ke atas. Kebanyakan pengrajin Isti merupakan ibu rumah tangga yang dibayar tiap kali mereka menyetorkan kerajinan yang telah dibuat.

Danuri,pengepul kerajinan sejenis di Dusun Tanjungharjo, Nanggulan menyatakan kerajinan tersebut biasanya dikirim hingga ke pasar Eropa dan Amerika. Di sana, kerajinan ini dihargai mulai seharga 10$ per buah dengan modal yang paling sederhana. Biasanya ia bekerja dengan sistem pesanan dari pabrik tiap bulannya.

Namun, ekspor tersebut tidak dilakukan oleh si pengepul namun oleh pabrik yang rutin mengambil kerajinan tersebut dari para pengepul. Ditanya mengenai kemungkinan untuk melakukan ekspor sendiri, Danuri menyebutkan bahwa mereka masih terganjal sumber daya manusia (SDM) dan jaringannya. “Begini saja kami sudah untuk kok,” ujar Danuri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya