SOLOPOS.COM - Pekerja pabrik sepatu menyelesaikan proses produksi (Wahyu Darmawan/JIBI/Bisnis)

UMK 2015 memaksa industri sepatu Surabaya mencari lokasi memproduksi alas kaki dengan biaya lebih murah. Ngawi dibidik sebagai tujuan relokasi.

Madiunpos.com, SURABAYA — Kenaikan upah minimum kabupaten/kota (UMK) 2015 bagaikan pisat permata dua. Sejahtera bagi karyawan, memberatkan pengusaha. Kini, sejumlah industri alas kaki di Surabaya bahkan berencana melakukan relokasi di Ngawi akibat tingginya beban operasional dan upah karyawan tahun 2015 ini.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Langkah itu, menurut Sekretaris Asosiasi Persepatuan Indonesia (Apresindo) Jawa Timur Ali Mas’ud, dibutuhkan demi mempertahankan buyer asing. Para pemesan sepatu dari luar negeri itu sebelumnya menyepakati biaya produksi sesuai upah karyawan sebelum UMK 2015 ditetapkan.

Lebih lanjut, Ali Mas’ud menyarankan pemerintah lebih menghargai para buyer yang selama ini sudah percaya dengan produk buatan Indonesia. Menurutnya, akibat kenaikan UMK 2015 dan beban operasional dan harga bahan baku impor membuat pengusaha harus menaikkan harga produk sepatu yang bisa membuat para buyer beralih ke produk negara lain.

“Setelah buyer asing yang masuk ke sini melakukan order ternyata UMK Jatim naiknya tinggi sekali. Kami tidak mudah menaikan harga begitu saja, karena buyer akan lari semua,” jelasnya di sela-sela deklarasi bersama Forum Komunikasi Asosiasi (Forkas) Pengusaha Jawa Timur, di Surabaya, Jumat (9/1/2015).

Ngawi Lebih Rendah
Ali menambahkan, Ngawi dipilih sebagai wilayah tujuan relokasi karena upah karyawan lebih rendah dibandingkan kenaikan UMK 2015 di Surabaya, Gresik, Mojokerto dan Jombang yang dinilai sangat tinggi. “Untuk saat ini kami masih bertahan di Surabaya dulu, tapi pelan-pelan kami akan pindahkan pabriknya untuk mempertahankan buyer. Proses relokasi itu tidak mudah, harus cari lahan, izin, dan juga modal yang besar,” imbuhnya.

Selain persoalan kenaikan UMK di Jawa Timur, bahan baku alas kaki dan sepatu juga menjadi beban industri padat karya tersebut. Sebagian besar bahan baku alas kaki seperti kulit dan aksesoris masih harus diimpor, apalagi nilai tukar dolar yang melambung tinggi membuat industri alas kaki ini tumbuh stagnan pada tahun lalu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya