SOLOPOS.COM - Peserta workshop pembuatan wayang suket yang terdiri atas anak-anak hingga orang dewasa praktik membuat wayang suket di Balai Pasunggingan, Dusun Sumberalit, Desa Sedayu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Selasa (19/7/2022). Workshop tersebut merupakan bagian rangkaian Umbul Mungkret Festival 2022. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI–Fariz Wibisono, 29, siang itu sibuk membersihkan Balai Pasunggingan di Dusun Sumberalit, Desa Sedayu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Selasa (19/7/2022).

Balai yang berada di pinggir sawah dan di tengah-tengah ladang jagung itu akan digunakan sebagai workhop pembuatan wayang suket dan pembuatan ketupat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tangan Fariz seakan tak pernah mau berhenti nandangi apa saja yang ada di sekitarnya. Bukan karena tak ada orang lain yang membantu, tetapi karena keuletan sudah menjadi roh dalam jiwanya.

Beberapa ikat rumput kering dengan panjang lebih kurang satu meter, ia keluarkan dari mobil tua miliknya yang terparkir di samping Balai Pasunggingan.

Menyusul beberapa tangkai janur ia letakkan di tengah balai.

Baca Juga: Umbul Mungkret Festival, Cara Warga Hidupkan Desa Sedayu Wonogiri

“Nanti, kita menunggu anak-anak pulang sekolah dulu, baru mulai workshop-nya,” kata Fariz saat berbincang dengan Solopos.com di Balai Pasunggingan.

Sembari menunggu anak-anak datang ke Balai Pasunggingan, Fariz menjelaskan tujuan dia dan masyarakat desa mengadakan workshop. Kegiatan itu merupakan sebagian rangkaian acara Umbul Mungkret Festival (UMF) 2022.

“Tidak lain, agar desa menjadi ruang untuk menimba ilmu pengetahuan bagi anak-anak. Kami ingin menciptakan suasana desa harmonis, sumber daya manusia yang berkualitas, dan tidak gagap dengan perkembangan zaman,” ujar pegiat Wayang Beber Tani itu.

Selepas Asar, anak-anak mulai berkumpul di Balai Pasunggingan. Mereka tampak ceria dan bersemangat. Bahkan di antara mereka ada yang belum sempat mengganti seragam sekolah putih merah khas SD dengan pakaian biasa.

Tak menunggu lama, Fariz segera mengarahkan belasan anak itu untuk duduk melingkar.

Baca Juga: Umbul Mungkret Festival 2022, Upaya Lestarikan Desa di Wonogiri

Beberapa remaja dan orang dewasa tak mau kalah bersemangat, mereka turut duduk melingkar, sembari menggoda anak-anak hingga mengundang gelak tawa.

Suasana riang gembira sangat tampak pada sore itu. Tak ada beban, tak ada tanggunggan, mereka bermain sambil belajar.

“Yang satu dilipat ke sini, suket yang ini di masukkan ke sebalah sini,” ujar Fariz ketika membimbing para peserta workhsop pembuatan wayang suket dengan cara melipat dan menganyam beberapa bagian rumput kering.

Di samping anak-anak sedang yang sedang asik membuat wayang suket, para remaja dan orang dewasa tampak asik pula mengikuti workshop pembuatan ketupat.

Dua helai janur masing-masing di tangan kiri dan kanan segera dibentuk. Mulanya, para peserta kesulitan membentuk janur menjadi ketupat. Beberapa dari mereka minta pengajar mengulang-ulang bagian yang menurut mereka sulit.

Lebih kurang satu jam, kedua wokrhsop itu selesai. Para peserta terlihat bangga menampilkan hasil karya mereka. Tak lupa, kamera gawai mereka segera mendokumentasikan momen itu.

Mimpi Fariz dan pemuda Dusun Sumberalit tidak muluk, ia ingin menciptakan generasi muda yang tangguh dengan perkembangan.

Mereka ingin membuktikan bahwa desa masih bisa menjadi sumber pengetahuan lokal. UMF 2022 diadakan sebagai upaya menciptakan memori kolektif masyarakat akan desa.

Sehingga mereka mencintai dan menghargai desa. Dengan begitu, kelak mereka akan kembali ke desa, membangun desa.

“Selain melestarikan budaya, kedua workshop itu sebenarnya agar melatih sistem motorik anak-anak. Dulu wayang suket itu kan biasa digunakan anak-anak untuk belajar wayang. Harapannya anak-anak sekarang juga akan seperti. itu Ya, biar mereka tidak terlalu sibuk dengan gadget. Walaupun sebenarnya itu tidak mungkin dihindari, tapi kami setidaknya mereka bisa menggunakan teknologi secara bijak,” jelas dia.

Dengan mengadakan berbagai kegiatan di desa, melestarikan alam, menggunakan tradisi lokal sebagai sarana berkumpul dan belajar, dan mengenalkan anak-anak dengan berbagai teknologi dan platformnya, UMF 2022 diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa.

Tidak mudah Fariz dan kawan-kawannya membangun itu. Butuh sedikitnya tujuh tahun sejak 2015 dia berusaha memberdayakan masyarakat.



Fariz tentu tidak sendiri, dai bekerja dalam senyap dengan kawan pemuda lain Dusun Sumberalit.

“Kalau boleh dibilang, ini tidak tidak lagi berjalan di jalan sunyi, tapi berjalan di gorong-gorong, gelap dan kotor,” ungkapnya sambil berkelakar.

Salah satu peserta workshop, Dwi Oktavia,23, menceritakan pengalaman serunya mengikuti kedua workshop. Ini kali pertama dia mengikuti rangkaian UMF 2022. Ini kali pertama dia mengikuti rangkaian UMF 2022. Sebagai warga, dia sangat menyambut positif kegiatan tersebut.

“Bagus sekali. Aku tadi ikut dua workshop, sangat menantang. Sebenarnya tadi belum bisa banget. Sebenarnya masih pengin belajar lagi. Kami ” tutur perempuan yang baru saja menyelesaikan kuliah di salah satu perguruan tinggi di Solo itu.

Dia menambahkan, UMF 2022 bermanfaat sangat bagi masyarakat. Terlebih kegiatan tersebut tidak dibatasi usia, semua kalangan boleh bergabung. UMF 2022 bisa menjadi wadah bagi seluruh masyarakat untuk mengenal desa dan lebih mencintai desa.

Sebagai informasi, UMF 2022 digelar selama sepakan mulai 18-24 Juli 2022. Berbagai kegiatan kesenian, bersih desa, workshop pembuatan barang tradisional dan pengenalan teknologi akan diselenggarakan dalam UMF 2022. Festival ini baru kali pertama ini diadakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya