SOLOPOS.COM - Pentas wayang kulit menampilkan dalang Ki Anom Suroto dan Ki Bayu Aji dengan lakon Amarta Binangun di Pendapa Ageng Solo pada Minggu (25/9/2022). (Solopos.com/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Dengung gema musik gamelan mengudara. Belasan niyaga atau penabuh gamelan berbusana putih duduk di depan instrumen yang akan mereka mainkan pada Minggu (25/9/2022) pukul 19.30 WIB di Pendapa Ageng ISI Surakarta.

Puluhan wayang dari segala ukuran telah disusun rapi di kanan kiri kelir putih sepanjang enam meter. Raksasa, raksesi, batara, raja, dan tokoh pewayangan lain.

Promosi Siap Mengakselerasi Talenta Muda, Pegadaian Lantik Pengurus BUMN Muda Pegadaian

Sorot cahaya kuning lampu pengganti sinar blencong menambah kesan kilat pada kuningan gamelan. Enam sinden berkebaya ungu dipadukan dengan jarik beraksen putih naik panggung.

Di sisi lain, ratusan penonton sudah duduk di Pendapa Ageng ISI Surakarta. Mereka duduk menghadap panggung selebar delapan meter di tengah pendapa. Belasan UMKM dan penjual kuliner juga mulai sibuk melayani pembeli.

Pergelaran wayang kulit malam ini menjadi bagian rangkaian HUT ke-25 Solopos. Ketua Panitia HUT ke-25 Solopos, Yonantha Chandra Premana, mengatakan menyuguhkan pagelaran wayang kulit karena Solopos sebagai stakeholder yang lahir dan tumbuh di Kota Solo ingin turut serta mengenalkan seni pertunjukan budaya Jawa.

Baca Juga : Jangan Lupa Besok! Pentas Wayang Bersama Dalang Ki Anom Suroto di ISI Solo

“Yang jelas kami sebagai stakeholder turut andil dalam melestarikan kebudayaan,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu.

Yonantha juga mengatakan pergelaran wayang kulit Minggu malam bukan menjadi akhir dari rangkaian acara HUT ke-25 Solopos Media Group. Masih ada berbagai acara lain.

Ki Anom Suroto

solopos nanggap wayang
Pentas wayang kulit menampilkan dalang Ki Anom Suroto dan Ki Bayu Aji dengan lakon Amarta Binangun di Pendapa Ageng Solo pada Minggu (25/9/2022). (Solopos.com/Dok.)

Presiden Direktur SMG, Arif Budisusilo, dalam sambutannya mengungkapkan kegembiraan bisa hadir dan bertemu dengan tamu undangan dan masyarakat. “Kami bersyukur malam ini bisa berada di sini untuk mengikuti salah satu rangkaian ulang tahun Solopos,” tutur dia.

Ia juga menyoroti fenomena disrupsi 10 tahun terakhir. Namun dengan semangat melebihi batas, senada dengan tema ulang tahun Solopos, ia bersyukur malam ini bisa berjumpa dengan kondisi yang lebih baik.

AB, sapaannya, secara simbolis menyerahkan kayon kepada dalang Ki Anom Suroto. Peyerahan kayon menjadi pertanda akan dimulainya pergelaran.

Baca Juga : Solopos Gelar Pentas Wayang Kulit Bersama Dalang Ki Anom Suroto, Ini Jadwalnya

Ki Anom Suroto dan Bayu Aji naik panggung, Minggu pukul 20.30 WIB. Empat gunungan telah ditancapkan lebih dulu sebelum dalang tiba di panggung. Usai duduk, Anom mulai membunyikan keprak dengan tempo khas penunjuk dimulainya pergelaran wayang.

Sebelum naik panggung, Anom sedikit menceritakan pesan yang hendak ia sampaikan melalui lakon Amarta Binangun. Pandawa menjadi tokoh utama lakon kali ini.

“Saat ini orang-orang mengalami pergeseran jati diri. Ini saatnya berusaha mengembalikan jati diri bangsa yang ramah dan berwawasan menuju amarta, keabadian hal-hal baik,” kata dia.

Anom melihat masyarakat mulai kehilangan kontrol diri dan rasa sabar dalam menyelesaikan masalah. Keserakahan dan lupa akan asal-usul menjadi salah satu penyebab.

Kerusakan Moral

solopos nanggap wayang
Sejumlah penonton melihat pagelaran wayang kulit menampilkan dalang Ki Anom Suroto dan Ki Bayu Aji dengan lakon Amarta Binangun di Pendapa Ageng Solo pada Minggu (25/9/2022) dari belakang layar. (Solopos.com/Dok.)

Oleh karena itu ia berharap para pemimpin seharusnya bisa lebih memperbaiki kerusakan moral itu. “Maka para pemimpin harus berusaha menuju itu. Mengembalikan jati diri,” ujarnya.

Baca Juga : Selamat! Inilah Para Juara Lomba Mewarnai dan Menggambar HUT Ke-25 Solopos

Pergelaran wayang kulit dengan lakon Amarta Binangun dimulai. Anom membuka dengan suluk pewayangan. Belasan penonton menikmati lakon dari belakang kelir.

Tokoh semar menjadi salah satu representasi pemimpin ideal yang ditampilkan Anom dalam lakon. Lakon dibuka dengan dialog Prabu Kresna dan Bratasena. Dalam dialog pewayangan yang Anom sajikan, Kresna mengatakan seorang pemimpin harus jujur dan tak mendekati dusta.

Salah satu penonton, Hendra Dwi Saputra, 21, datang karena rindu dengan pagelaran wayang kulit yang dibawakan dalang Anom Suroto. Hendra mengaku kali terakhir menyaksikan Anom secara langsung saat SMP. “Karena dalangnya. Lama tidak lihat Pak Anom. Terakhir waktu saya di Kediri, zaman SMP,” tutur dia.

Hendra datang bersama keenam temannya sesama mahasiswa. Ia juga merupakan mahasiswa Sastra Jawa sehingga cukup tertarik dengan wayang. “Datang bareng teman-teman kuliah ini. Tapi memang tidak dari awal,” ungkap dia.

Penonton lain, Ilham Bima, 24, tertarik dengan ceritanya. Ia merupakan dalang muda asal Kota Surabaya.

Baca Juga : Syahdu, Gerimis Iringi Pentas Tribute To Rahayu Supanggah di Balai Kota Solo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya