SOLOPOS.COM - Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menabuh kentungan sebagai tanda dimulainya gerakan Tumis Gotong-royong yang kali pertama dilakukan di Desa Jabung, Plupuh, Sragen, Rabu (13/7/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Gerakan penanggulangan kemiskinan bernama Tuntas Kemiskinan (Tumis) Gotong-Royong di Kabupaten Sragen resmi dimulai dari Desa Jabung, Kecamatan Plupuh, Sragen, Rabu (13/7/2022). Gerakan yang menelan dana Rp1,6 miliar itu ternyata tidak satu rupiah pun mengambil dari APBD Kabupaten Sragen,  melainkan bersumber dari dana masyarakat.

Terobosan ini dilakukan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, dengan menggandeng seluruh pemangku kepentingan yang ada. Dengan inovasi ini diharapkan desa sasaran bisa nol kemiskinan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Memang, kemiskinan masih menjadi tantangan berat Pemkab Sragen. Kabupaten dengan julukan Bumi Sukowati ini memiliki angka kemiskinan tertinggi di di Soloraya, yakni 13,83%. Angka ini lebih tinggi dari angka rata-rata kemiskinan di Jawa Tengah sebesar 11,46%.

“Kami me-launching program Tumis Gotong-Royong. Banyak yang terlibat, seperti Baznas, Lazismu, Lazisnu, lembaga amil zakat lainnya, PMI, PLN, GNOTA, Forum Usaha Daerah, dan stakeholders lainnya. Termasuk ASN [aparatur sipil negara],” ujar Bupati.

Baca Juga: Ironi Sragen, Punya Jemaah Haji Terbanyak tapi Kemiskinan Tertinggi

Semua pihak diminta bersama-sama mengentaskan kemiskinan. Bupati mengakui dana miliar rupiah yang disebar selama ini untuk mengentaskan kemiskinan hasilnya tidak maksimal. Sehingga ia mencoba upaya baru Tumis Gotong Royong.

“Dana yang terserap untuk Tumis Gotong-Royong ini mencapai Rp1,6 miliar tetapi tidak satu sen pun diambil dari APBD, semua gotong-royong. Kami semua bersemangat ingin menuntastkan kemiskinan. Harapan kami di Jabung bisa zero kemiskinan. Program ini terus dievaluasi dan diidentifikasi,” ujarnya.

Berbasis Desa

Penanganan kemiskinan berbasis desa itu didasarkan pada data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS).

“Untuk yang miskin absolut diberi jatah hidup (jadup), yakni mereka yang miskin tidak produktif dan sudah lanjut usia. Pemberian jadup Rp200.000/bulan selama setahun itu nanti dievaluasi. Kalau anaknya sudah mandiri dan bisa membiayai orangtuanya maka jadup bisa dievaluasi tahun depan. Sasaran di Jabung ini ada 38 orang,” jelasnya.

Baca Juga: Memotret Upaya Warga Jabung Sragen Lepas dari Zona Merah Kemiskinan

Yuni menyampaikan pola ini digunakan di semua desa yang masuk zona merah kemiskinan dan kemiskinan ekstrem.  Termasuk di dua desa yang menjadi sasaran Tumis Gotong-royong pada APBD Perubahan 2022, yakni Kadipiro dan Cemeng.

“Ini namanya learning by doing. Kami melakukan sesuatu bukan pasif. Pola ini bisa menurunkan angka kemiskinan berapa persen, nah itu belum bisa dihitung karena program baru mulai,” katanya.

Sementara itu pasangan suami istri, Saman dan Sapriah, asal Jabun senang mendapatkan bantuan bedah rumah tidak layak huni. Rumahnya yang sebelumnya berdinding gedek sekarang dibangun dengan dinding batako.

“Dengan dinding batako rumahnya lebih hangat tidak seperti rumah yang berdinding gedek,” kata Sapariah.

Baca Juga: Gunakan Dana Desa Untuk Entaskan Kemiskinan di Sragen

Kesenangan serupa juga dirasakan Loso, 51, yang tinggal bersama istrinya, Muinah. Anak Loso yang tinggal di samping rumahnya juga mendapatkan bantuan rehabt RTLH karena sudah berkeluarga sendiri.

“Kami pengin memiliki tumah berdinding tembok itu sudah lama. Tetapi tidak bisa tercapai karena tidak mampu membangunnya. Sekarang dibangun pemerintah, saya senang sekali,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya