SOLOPOS.COM - Warga menunjukkan air bersih dalam tandon yang dialirkan dari sumur kawasan Sapuangin, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten, ke perkampungan di Dukuh Grintingan, Minggu (22/8/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Pemkab Klaten hingga kini belum menetapkan status siaga darurat kekeringan. Pasalnya, kondisi kemarau saat ini disebut-sebut sebagai kemarau basah atau masih sering terjadi hujan.

Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Sri Winoto, mengatakan salah satu pertimbangan Pemkab belum menetapkan status siaga darurat kekeringan lantaran belum ada surat dari BMKG terkait kondisi musim kemarau di Klaten. Di sisi lain, belum ada desa yang mengajukan bantuan dropping air bersih ke BPBD Klaten.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Winoto mengakui baru tahun ini hingga Juli belum ada penetapan status siaga darurat kekeringan. Pada tahun-tahun sebelumnya, status siaga darurat kekeringan sudah ditetapkan melalui SK Bupati yang terhitung dari awal Juni atau Juli.

“Tetapi, sarana dan prasarana tetap kami siapkan jika sewaktu-waktu ada permintaan dropping air bersih,” kata Winoto saat ditemui di Sekretariat Daerah (Setda) Klaten, Senin (25/7/2022).

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Klaten, Rujedi Endro Suseno, mengatakan BPBD sudah berkoordinasi dengan BMKG untuk menanyakan kondisi kemarau di Klaten. Namun, hingga kini belum ada penetapan ihwal status musim kemarau.

Baca Juga: Kemarau Basah Hantui Petani Tembakau di Jateng, Risiko Gagal Panen 20%

“Belum ada penetapan soal musim kemarau karena memang kondisinya masih ada curah hujan yang tinggi disertai angin,” katanya.

Rujedi membenarkan tahun-tahun sebelumnya sudah ada penetapan status siaga darurat kekeringan di Klaten saat memasuki pertengahan tahun. Ketika memasuki Juli, mulai ada permintaan dropping air bersih.

Meski belum ada penetapan status siaga darurat bencana kekeringan, BPBD sudah menyiagakan truk tangki untuk mengirimkan bantuan air bersih. Selain itu, sudah disiapkan alokasi anggaran yang diperkirakan cukup untuk menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 800 tangki.

Rujedi menjelaskan hingga kini belum banyak permintaan bantuan air bersih dari desa ke BPBD Klaten. Baru ada dua desa yang mengajukan permintaan bantuan air bersih.

Baca Juga: Beda Sungai Pusur Klaten di Zaman Dulu dan Sekarang

Belum banyaknya permintaan bantuan diperkirakan lantaran stok air pada tandon air di rumah warga masih ada. Selain itu, kondisi tersebut dimungkinkan lantaran sudah ada program penyaluran air bersih melalui sumur Pamsimas atau sumur artesis bantuan pemerintah.

“Kemarin dari Sidorejo, Kecamatan Kemalang ada permintaan satu tangki untuk masjid karena ada pengurasan. Kemudian ada permintaan dari Desa Krikilan, Kecamatan Bayat karena kondisi di salah satu kampung sumurnya tercemar dan sudah terjadi satu tahun ini,” jelas dia.

Disinggung desa yang selama ini menjadi langganan kekeringan atau krisis air bersih, Rujedi mengatakan tersebar ke beberapa wilayah kecamatan seperti Kecamatan Cawas, Bayat, Gantiwarno, Prambanan, serta Kemalang.

“Di beberapa daerah wilayah lereng Gunung Merapi itu sebagian sudah mendapatkan pasokan air bersih dari sumber Bebeng [mata air di lereng Merapi wilayah Cangkringan, Sleman, DIY],” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya