SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sejumlah pekerja Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) memperbaiki talut Waduk Botok yang bocor di Desa Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Sragen, Selasa (13/9/2011). (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Sragen (Solopos.com)–Sebanyak tujuh embung dari 42 embung yang tersebar di 20 kecamatan di Sragen  mengalami kekeringan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain waduk, sumber air embung juga menjadi alternatif untuk atasi ancaman kekeringan tanaman pertanian. Sementara puluhan embung lainnya masih memiliki cadangan air rata-rata 70% dari kapasitas yang ada.

Kasi Operasional Pemeliharaan dan Pemberdayaan (OPP) Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen, Subagiyono, saat ditemui Espos, awal pekan kemarin menerangkan sebanyak 42 embung itu tersebar di 42 desa di 20 kecamatan.

Daya tampung air dari 42 embung itu, kata dia, mencapai 5,5 juta m3 dan mampu melayani areal sawah seluas 1.889 hektare.

“Tujuh embung yang sudah mengering itu terdapat di sebelah selatan Bengawan Solo. Embung di wilayah utara Bengawan Solo relatif masih aman, artinya debit air di puluhan embung itu masih mencukupi untuk kebutuhan irigasi pertanian,” tukasnya.

Bagi Subagiyono, selama petani mau mentaati anjuran pemerintah, yakni agar menanam palawija pada musim tanam (MT) III ini, maka kekeringan bisa diminimalisasi.

“Banyaknya tanaman padi yang puso di wilayah selatan Bengawan Solo disebabkan petani nekat menanam padi. Mestinya petani memiliki pola tanam padi-padi-palawija. Tapi mereka tetap bertahan pada pola tanam padi-padi-pantun,” tegasnya.

Sementara, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Kedawung, Sragen, Agus Rubiyanto, saat dijumpai Espos, Selasa (13/9/2011) mengungkapkan dari sekian banyak pertani di wilayah Desa Kedawung, hanya 93 hektare areal pertanian yang memenuhi anjuran pemerintah, yakni menanam palawija. Sedangkan sebanyak 21 hektare pertanian, kata dia, berupa tanaman padi.

“Para petani pemilik 21 hektare sawah inilah yang nekat menanam padi. Akibatnya mereka rugi karena tanaman padinya mengering kekurangan air, bahkan ada 14 hektare tanaman padi yang puso atau gagal panen. Para petani di Desa Kedawung hanya mengandalkan pasokan air irigasi dari Waduk Botok. Padahal saat ini debit air di Waduk Botok sudah 0%, artinya tidak ada airnya lagi,” tegasnya.

Menurut dia, solusi kekeringan itu sebenarnya pada pengaturan pola tanam.

(trh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya