SOLOPOS.COM - Ilustrasi sakit perut karena penyakit radang usus. (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Penyakit radang usus (inflammatory bowel disease/IBD) mulai meningkat di Indonesia terutama di kalangan masyarakat urban atau perkotaan. IBD adalah penyakit kombinasi dari faktor-faktor autoimun, makanan, lingkungan, dan ada faktor genetik.

Mengapa tren penyakit radang usus mengalami peningkatan di perkotaan? Simak ulasannya di tips kesehatan kali ini.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Menurut dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan gastroenterologi hepatologi RSCM-FKUI, Prof. Marcellus Simadibrata, penderita penyakit radang usus banyak ditemukan di negara-negara barat, sedang di Asia termasuk Indonesia kasusnya masih terbilang sedikit yakni 0,88/100.000 penduduk.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Pengaruhi Kesuburan? Ini Faktanya

“Namun, trennya semakin meningkat terutama di kalangan masyarakat urban sehingga kita perlu waspada,” ujar Marcellus dalam seminar daring PT. Takeda Indonesia, Sabtu (22/5/2021).

Peningkatan kasus penyakit radang usus di daerah urban atau perkotaan disinyalir akibat pola makan tidak sehat seperti makanan cepat saji yakni burger, ayam tepung, dan lain-lain.

“Pola hidup dan pola makan sangat berpengaruh pada timbulnya IBD, kota besar kasusnya memang lebih banyak dari pedesaan, tapi kita belum ada data terkait itu. Memang di negara lain trennya lebih banyak di kota besar ketimbang di kota kecil atau pedesaan,” paparnya.

Ia juga menyinggung, awalnya hari kesadaran IBD atau World IBD Day diperingati di Amerika dan negara barat saja. Namun, seiring bertambahnya kasus IBD di Indonesia, akhirnya World IBD Day yang jatuh pada 19 Mei juga diadopsi di Tanah Air.

Radang usus adalah penyakit menahun atau berjalan lama dengan gejala hilang timbul.  “Gejalanya sendiri termasuk diare berkepanjangan disertai darah dan nyeri perut kronis yang tidak hilang dalam waktu lama,” jelasnya.

Sedangkan, jika ada gejala sakit di bagian perut ketika batuk itu belum tentu gejala dari penyakit radang usus. Menurutnya, sakit di area perut saat batuk lebih memiliki kaitan erat dengan gerakan otot perut secara tiba-tiba.

Baca Juga:  Temuan Virus Corona Baru dari Anjing ke Manusia, Ini 5 Faktanya

Pengobatan untuk penyakit radang usus terdiri atas  tiga cara yakni non farmakologis atau tanpa obat-obatan termasuk pola diet dan memperbaiki gaya hidup. Pengobatan cara kedua adalah dengan konsumsi obat-obatan (farmakologis) yang kadang-kadang menekan sistem imunitas dalam tubuh.

Akibat pengobatan yang membutuhkan waktu lama dan menguras biaya banyak, penyakit radang usus juga sangat berpotensi memicu masalah psikologi atau gangguan kesehatan mental seperti gangguan kecemasan dan depresi.

“Pasien IBD ini banyak mengalami hal berat yang memicu masalah psikis. Kualitas hidup menurun, jadi sulit bekerja bahkan beberapa pasien yang sering tidak masuk kerja akibat IBD akhirnya dipecat,” ujar Marcellus seperti mengutip laman Liputan6.com, Sabtu (22/5/2021).

Baca Juga:  Ini Definisi Cantik Versi Marshanda, Setuju?

Pasien tidak bisa masuk kerja karena mengalami diare yang terus-menerus. Bagi orang dewasa IBD menghambat produktivitas kerja, sedangkan bagi anak-anak penyakit ini dapat menghambat aktivitas belajar.

Walau banyak kasus penyakit radang usus yang memicu gangguan psikologi, tapi sejauh ini Marcellus belum menemukan kasus bunuh diri akibat IBD.

“Kasus bunuh diri saya belum dapat data, tapi banyak berhubungan dengan stres dan depresi yang disebabkan IBD. Mungkin bisa saja [ada kasus bunuh diri] tapi saya belum dapat datanya,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya