SOLOPOS.COM - Belakangan bunga tabungan 0 persen di sejumlah bank menjadi perbincangan. Ketentuan bunga 0 persen tersebut tidak berlaku bagi semua jumlah simpanan atau tabungan. (Ilustrasi/Solopos Dok)

Solopos.com, SOLO — Belakangan bunga tabungan 0 persen di sejumlah bank menjadi perbincangan. Bunga tabungan 0 persen artinya tidak ada bunga sama sekali.

Namun, ketentuan bunga 0 persen tersebut tidak berlaku bagi semua jumlah simpanan atau tabungan. Hanya jumlah simpanan tertentu yang mendapatkan bunga tabungan bank 0%.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Melansir berbagai laman resmi beberapa perbankan, bunga tabungan untuk denominasi rupiah sekitar 0%-1%.

Salah satunya adalah bank BUMN, Bank Mandiri. Mengutip dari laman bankmandiri.co.id, bunga tabungan untuk saldo di bawah Rp1 juta dikenai bunga 0 persen sedangkan untuk saldo tabungan yang lebih besar pun bunganya masih di bawah 1 persen.

Seperti contohnya bagi produk Tabungan Rupiah, saldo di bawah Rp50 juta bunganya 0 persen, saldo Rp50 juta sampai kurang dari Rp500 juta akan dikenai bunga 0,10 persen, saldo Rp500 juta hingga kurang dari Rp1 miliar bunganya 0,60 persen, dan saldo lebih dari Rp1 miliar bunganya 0,60 persen.

Baca Juga: Uang Dimakan Rayap Mau Dibeli Orang, Penjaga SD Solo: Saya Enggak Cari Untung!

Sementara dikutip dari laman danamon.co.id, Bank Danamon juga hanya mematok suku bunga tabungan sebesar 0 persen untuk Tabungan FlexiMAX dengan saldo di bawah Rp50 juta. Lalu bunga 0,50 persen untuk saldo sebanyak Rp50 juta sampai Rp500 juta.

Sementara itu Tabungan Danamon Lebih, tabungan dengan saldo di bawah Rp 500.000 bunganya 0 persen, saldo Rp500.000 sampai di bawah Rp50 juta bunganya 0,10 persen, dan saldo di atas Rp1 miliar bunganya 0,25 persen.

Jadi, tidak semua jumlah tabungan akan mendapatkan bunga tabungan 0%, namun hanya untuk jumlah tertentu saja dan mengikuti kebijakan tiap bank.

Baca Juga: Uang Rp50 Juta Dimakan Rayap, BI Solo: Hanya Rp9,9 Juta yang Bisa Ditukar

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI Sunarso menyatakan bahwa suku bunga tabungan bank nol persen hanya bersifat sementara. Menurutnya, bunga tabungan akan kembali meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi.

“Percayalah bahwa itu hanya sementara karena melimpahnya uang yang ditaruh di perbankan, tetapi begitu ekonomi pulih, kredit tumbuh lagi, dan masyarakat mulai menarik duitnya di bank, maka akan terjadi peningkatan kebutuhan likuiditas maka nanti tabungan akan naik bunganya,” ujarnya dalam Public Expose Live 2022, Rabu (14/9/2022) seperti dilansir Bisnis.

Sunarso juga menjelaskan ada dua faktor penting yang akan menentukan pergerakan bunga ke depan. Pertama, pulihnya ekonomi dan masyarakat mulai aktif menarik uang di bank untuk memulai usaha. Alhasil, kredit bakal tumbuh dan kebutuhan likuiditas meningkat.

Kedua adalah krisis pangan dan energi, serta masalah tingginya inflasi di berbagai negara dunia, termasuk Indonesia, sehingga mengakibatkan bank sentral mengerek suku bunga acuan.

Begitu pun dengan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 3,75 persen. Selain itu, BI juga menaikkan giro wajib minimum (GWM) menjadi 9 persen pada September 2022.

Baca Juga: Antam dan UBS Kompak Naik! Cek Harga Emas Pegadaian, Rabu 14 September 2022

Hal itu akan membuat likuiditas di pasar kian berkurang karena tersedot oleh BI, kemudian nasabah yang mulai menjalankan usaha, serta digunakan oleh bank untuk menumbuhkan kredit.

“Bagaimana responsnya? Kami akan lihat dulu dan tidak serta-merta panik segera menaikkan itu. Ada alarmnya yaitu loan to deposit ratio [LDR],” tutur Sunarso.

Dia mengatakan bahwa LDR dari emiten bersandi saham BBRI tersebut masih berada di kisaran 88–89 persen. Artinya, apabila LDR perseroan telah di level 92 persen atau berada di batas optimal, maka perseroan harus mencari dana dengan menaikkan suku bunga deposito.

Oleh karena itu, Sunarso menyatakan bahwa dengan kondisi LDR yang masih berada di level 88–89 persen, BBRI justru perlu tetap mendorong penyaluran kredit hingga di level 90–92 persen.

“Baru setelah menyalurkan kredit, kami tengok dulu, apakah kami punya likuiditas atau tidak. Kalau likuiditasnya tidak cukup, baru kami naikkan suku bunga. Dampaknya kalau biaya dana naik ya suku bunga kredit dinaikkan,” ujarnya.

Kendati demikian, Sunarso menegaskan bahwa dengan berkaca pada posisi LDR yang masih di bawah 90 persen, BBRI sejauh ini belum memberikan respons terhadap kenaikan suku bunga acuan bank sentral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya