SOLOPOS.COM - Bus BST koridor 3 mengangkut penumpang di halte di utara RSUD dr. Moewardi, Selasa (6/2/2018) siang. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Pengemudi BST koridor 3 masih banyak yang melanggar SOP dengan berhenti di sembarang tempat.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pengemudi bus Batik Solo Trans (BST) koridor 3 yang baru beroperasi mulai Senin (5/2/2018) kedapatan mengangkut dan menurunkan penumpang di sembarang tempat alias tidak di halte yang disediakan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selain menimbulkan kemacetan, aksi para pengemudi tersebut membahayakan para pengendara lain karena bus berhenti tiba-tiba di luar halte membuat pengendara di belakangnya kaget. Berdasarkan pantauan Solopos.com di koridor Pasar Gede, Selasa (6/2/2018) mulai pukul 10.31 WIB hingga 11.37 WIB, sedikitnya ada lima bus BST koridor 3 yang menurunkan maupun mengangkut penumpang di luar halte Pasar Gede. Kelima bus BST tersebut berpelat nomor AD 1483 BU, AD 1487 BU, AD 1469 BU, AD 1471 BU, dan AD 1467 BU.

Para pengemudi bus itu kedapatan menurunkan maupun mengangkut penumpang di sejumlah lokasi di koridor Pasar Gede Jl. Urip Sumoharjo. Padahal tidak jauh dari lokasi tersebut telah disediakan halte di timur maupun barat Jl. Urip Sumoharjo.

Baca:

Bus BST Koridor 3 Beroperasi, Wali Kota Solo Ingatkan Sopir soal Ini

Bus BST Koridor 3 Beroperasi, Ini Rutenya

Bukan hanya di kawasan Pasar Gede, berdasarkan penelusuran Solopos.com, bus BST juga kedapatan melanggar aturan saat mengangkut dan menurunkan pemumpang di sejumlah lokasi lain. Salah satunya bus BST berpelat nomor AD 1462 BU yang terpantau menurunkan penumpang di perempatan Warung Pelem sambil berhenti karena lampu APILL menunjukkan warna merah.

Pengemudi bus tersebut juga kedapatan mengangkut penumpang secara sembarangan tidak di halte saat tiba di utara RSUD dr. Moewardi. Belum cukup sampai di situ, pengemudi bus juga kedapatan menurunkan penumpang dengan sembarangan di taman jalan perempatan Cembengan.

Saat dimintai informasi, salah seorang warga Masaran, Sragen, Sarsini, 60, mengaku tak ditawari pengemudi maupun pramugara bus BST untuk turun di halte saat ingin berhenti di Pasar Gede. Saat bilang ingin turun di Pasar Gede, dia langsung diantar si pengemudi di depan Pasar Gede dekat Tugu Jam.

Sarsini yang rutin datang ke Pasar Gede dua kali sepekan tersebut tidak mengetahui bus BST harus berhenti di halte. Dia mengira bus BST bisa berhenti di mana-sama seperti bus putih yang sebelumnya melayani penumpang di koridor 3.

“Bukan saya yang minta turun di dekat pintu pasar. Sopir yang langsung antar saya ke sini. Ya kalau saya tidak masalah jika sekarang harus turun di halte. Kan lokasinya juga tidak terlalu jauh dari pintu masuk pasar,” kata Sarsini saat diwawancarai Solopos.com setelah turun dari bus BST di dekat pintu masuk utama Pasar Gede, Selasa.

Sarsini sepakat bus BST kini hanya boleh berhenti menurunkan dan mengangkut penumpang di halte. Menurut dia, hal itu bisa membuat penumpang lebih aman. Sarsini mengapresiasi langkah Pemkot yang telah mengganti bus lama di koridor 3 dengan bus baru.

Dia merasa lebih nyaman menggunakan bus baru meski tarifnya lebih mahal. Sarsini yang saat itu naik bus dari Palur ke Pasar Gede diminta bayar ongkos Rp4.500. Ongkos itu lebih tinggi daripada saat dirinya naik bus putih sebelumnya yang hanya Rp4.000.

Sarsini mendapat informasi dari pramugara tarif bus BST di koridor 3 kini berlaku flat, yakni Rp4.500/penumpang umum dan Rp2.000/penumpang pelajar. “Tarif naik tidak apa-apa bagi saya. Layanan dan kenyamanan bus baru juga lebih baik. Artinya, setimpal lah kalau kini ditarik tarif lebih besar,” jelas Sarsini.

Saat dimintai konfirmasi terkait temuan bus BST di koridor 3 yang tidak menurunkan dan mengangkut penumpang di halte, Kabid Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Taufiq Muhammad, berkomitmen memperbaiki operasional bus tersebut. Dia bakal meminta para pengemudi bus BST koridor 3 mulai membiasakan diri melayani penumpang sesuai SOP yang dibuat Dishub.

Pengemudi tidak boleh lagi berperilaku sama seperti saat mengemudikan bus lama. Pengemudi bus harus berhenti di halte. “Ya, ini masih masa transisi. Para pengemudi masih terbawa kebiasaan lama. Nanti kami eveluasi,” jelas Taufiq.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya