SOLOPOS.COM - Seorang awak angkudes tengah menunggu penumpang di Terminal Prambanan. (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Transportasi Sleman, salah satu penyebab menghilangnya angkutan umum yakni banyaknya kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor

Harianjogja.com, SLEMAN—Angkutan umum yang melintas di jalan kabupaten dan jalan kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman semakin sulit ditemukan. Kondisi saat ini berbeda dengan lima tahun lalu, di mana angkutan desa (angkudes) ataupun angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), hampir 10 menit sekali melintas.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

Salah satu penyebab menghilangnya angkutan umum yakni banyaknya kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor. Selain itu, penyebab lain yakni banyaknya ruas jalan di perdesaan, khususnya di Kecamatan Cangkringan yang rusak, khususnya paska-erupsi Gunung Merapi 2010 silam.

Berdasarkan data dari Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Sleman, saat ini jumlah angkudes di Sleman hanya tersisa 97 unit dan AKDP 135 unit.

“Jumlah sekarang itu sudah turun 50 persen. Dulu lebih banyak lagi. Dua kali lipatnya [jumlah] itu,” kata Ketua DPC Organda Sleman, Juriyanto saat ditemui Harianjogja.com, Sabtu (26/9/2015).

Dari pantauan Harianjogja.com di Terminal Condongcatur, Kecamatan Depok, puluhan angkudes jurusan Jogja-Kaliurang harus menunggu lama untuk mendapatkan penumpang. Bahkan ada kendaraan terpaksa diberangkatkan hanya dengan satu atau dua penumpang.

Kondisi tersebut juga terjadi di Terminal Prambanan. Banyak sopir yang menganggur karena lama menunggu penumpang.

“Sekarang itu angkutan yang menunggu penumpang. Dulu penumpang menunggu angkutan. Kondisi seperti ini juga terjadi di Terminal Prambanan, Gamping dan Pakem,” ujar Koordinator Terminal Condongcatur, Wahyu Slamet.

Penanggung Jawab (PJ) Lapangan armada KSU Ngandel Condongcatur, Toni Haris, mengeluhkan pendapatan yang diperoleh terus turun. Ia menghitung, saat ini satu unit angkutan umum hanya bisa beroperasi empat kali jalan atau dua kali pulang-pergi. “Kalau dulu bisa tiga hingga empat tangkep [rit pulang pergi],” ujarnya.

Kondisi tersebut semakin diperparah dengan harga solar yang sering naik turun. Dulu, dalam sehari sopir angkudes dan AKDP di Terminal Condongcatur bisa mendapatkan lebih dari Rp300.000, namun kini hanya Rp200.000.

Kondisi yang dialami para sopir semakin sulit. Meski tidak mendapat penumpang, mereka tetap harus menyetorkan sejumlah uang, di antaranya untuk biaya pendaftaran di koperasi Rp25.000, retribusi TPR Rp4.000, setoran Rp50.000 hingga Rp60.000 dan bahan bakar 86.000/10 liter. Tak jarang sopir harus tombok karena tidak mendapat penumpang. Akibatnya, ada di antara mereka yang merelakan kendaraan mereka dijual kiloan.

Atas kondisi tersebut, Organda Sleman meminta Pemkab Sleman memberi bantuan subsidi untuk biaya perbaikan. “Satu kendaraan diberi Rp15 juta cukup untuk mengecat ulang dan ganti jok. Kalau tidak bisa subsidi, pinjaman lunak pun kami siap,” kata Juriyanto.

Setidaknya, jika Angkudes dan AKDP diseragamkan, bisa menarik minat penumpang. Apalagi angkutan umum jurusan Jogja-Kaliurang melintas di jalur wisata. Harapannya, ada kesan baik terhadap angkutan dari para wisatawan.

Kepala Seksi Angkutan dan Terminal Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Sleman Marjanto menjelaskan, angkudes Sleman sendiri yang berijin ada 144 armada. Namun menurutnya jumlah armada berizin dengan yang beroperasi tentunya beda. Sementara untuk AKDP langsung ditangani Dishubkominfo DIY.

Ia berencana menghidupkan kembali dengan cara buy the sevice atau dengan memberi subsidi kepada angkudes. Selama ini, pemerintah sama sekali belum memberikan subsidi bagi angkudes yang ada.

“Sleman belum pernah memberikan subsidi. Pemberian subsidi jadi salah satu pemecahannya. Di negara maju sudah demikian,” kata dia. Sementara untuk mekanisme pemberian subsidi masih akan dibicarakan lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya