SOLOPOS.COM - Bus baru Trans Jogja berwarna biru siap mengaspal, Rabu (25/5/2016). (Gilang Jiwana/JIBI/Harian Jogja)

UPT Trans Jogja mengemukakan wacana baru, yakni bus lane

Harianjogja.com, JOGJA–Setelah penerapan lajur khusus dirasa terlalu mustahil diwujudkan, kini UPT Trans Jogja mengemukakan wacana baru, yakni bus lane. Kajian akan segera dibuat tahun ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala UPT Trans Jogja Dinas Perhubungan DIY Sumariyoto menuturkan, wacana bus lane adalah upaya yang akan diambil demi menomorsatukan angkutan umum di jalan raya. Sehingga tidak seperti selama ini, dengan semakin banyaknya kendaraan, Trans Jogja malah jadi korban keganasan lalu lintas. Dalam artian waktu tunggu yang kian lama dan tak menentu, akibat lalu lintas yang macet.

“Nanti saya akan buat kajian, bagaimana nanti angkutan umum bisa menjadi prioritas, melalui bus lane paling tidak, karena kalau jalur khusus seperti Trans Jakarta kan tidak mungkin. Kalau bus lane harapan kami bisa memberikan privilege [kepada Trans Jogja], meski tidak mutlak,” ucapnya di Kantor Dinas Perhubungan DIY, Jumat (23/3/2018).

UPT Trans Jogja awalnya memang berencana membuat lajur khusus. Rencana ini mengemuka karena lalu lintas yang bercampur dengan kendaraan pribadi membuat Trans Jogja turut larut dalam kemacetan. Akhirnya tak ada jadwal pasti. Penumpang pun mesti menunggu waktu lama. Karena tidak ada ketepatan waktu, tiap tahun penumpang angkutan umum yang diresmikan tahun 2008 silam itu semakin berkurang.

Namun rencana pembuatan lajur khusus sulit terwujud. Hal ini dianggap bukan solusi yang tepat. Kepala Dinas Perhubungan DIY Sigit Sapto Rahardjo menilai, pengadaan lajur khusus dirasa kurang memungkinkan. Sebab kondisi lalu lintas semakin padat, apalagi kalau datang hari libur. Jika jalan yang sudah sempit dan padat dipotong, ditakutkan kondisi lalu lintas akan semakin mengkhawatirkan.

Sumariyoto melanjutkan, konsep bus lane akan lebih cair dibanding lajur khusus. Jika suatu ketika bus lane sedang tidak dilewati Trans Jogja, maka semua kendaraan bebas memasukinya semau hati. Tapi, saat ada Trans Jogja, kendaraan pribadi wajib memberi jalan.

“Kalu ada Trans Jogja, ya tolong berikan prioritas, meskipun bisa bersama-sama di situ, sehingga mereka itu ngalah. Jangan justru Trans Jogja yang dikorbankan. Trans Jogja ini pelayanan umum. Kepentingan umum harus didahulukan dari kepentingan pribadi,” tambahnya.

Ia membandingkan jalur bus di DIY dengan beberapa negara maju di Asia, seperti China dan Korea Selatan. Di kedua negara itu, angkutan umum mendapat prioritas sehingga kendaraan pribadi tidak jadi penguasa lalu lintas.

Tidak adanya prioritas bagi Trans Jogja, lanjutnya, membuat akses untuk menurunkan dan menaikkan penumpang di halte jadi sulit. Untuk kembali ke jalur cepat pun demikian, sebab kendaraan lain tak memberikan celah. “Semoga [bus lane] bisa terealisasi, tahun ini baru kajian.”

Sebelumnya, Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) Arif Wismadi mengatakan, kemacetan yang kian menjadi-jadi adalah momentum yang tepat untuk menyempurnakan Trans Jogja. Ia menyebut pembuatan lajur khusus adalah langkah yang perlu? diambil. Tanpa lajur khusus, subsidi yang telah digelontorkan akan terus terbuang percuma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya