SOLOPOS.COM - Angkutan umum di Gunungkidul (JIBI/Harian Jogja/dok)

Angkutan umum di Gunungkidul (JIBI/Harian Jogja/dok)

GUNUNGKIDUL—Hampir separuh trayek angkutan pedesaan (angkudes) di Gunungkidul belum diisi armada angkutan umum. Sejauh ini belum ada pengusaha angkutan yang berani mengisi jalur yang masih kosong.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Sebanyak 15 dari 40 trayek angkudes belum dilewati angkutan umum. Warga dinilai lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil. Sementara, 25 trayek sudah dilayani 342 bus kecil (BK) dan 85 mobil penumpang umum (MPU). Salah satu kecamatan, Gedangsari, baru memiliki angkutan umum yang dioperasikan dalam tahap perintisan trayek. Adapun, 40 angkutan kota (angkot) melayani warga di dalam Wonosari.

Kepala Bidang Transportasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Gunungkidul Samsudin Effendy mengatakan belum ada pengusaha angkutan umum yang berani mengisi belasan trayek angkudes yang masih lowong itu. Dia mencontohkan jalur 27 (Wonosari-Gedangsari-Lewat Sambipitu) yang belum terlayani angkutan umum.

“Sejak beberapa waktu lalu kami menyediakan angkutan perintis secara gratis untuk masyarakat. Tujuannya untuk memancing swasta supaya mau mengisi trayek ini. Nanti kalau sudah terisi, angkutan perintis ini digunakan untuk jalur lain yang belum terlayani,” kata Samsudin kepada Harian Jogja di kantornya, Selasa (24/4) siang.

Akibatnya, warga yang membutuhkan angkutan umum di trayek yang belum terlayani itu harus menggunakan kendaraan non-angkutan umum jika hendak berpergian, misalnya, dari Gedangsari ke Wonosari. Warga juga bisa pergi ke trayek terdekat terlebih dulu yang telah memiliki pelayanan angkutan umum lalu melanjutkan perjalanan ke Wonosari.

Jarak tempuh tampaknya bukan penentu ketersediaan trayek. Sejumlah trayek yang berjarak belasan kilometer ada yang terisi, namun ada yang juga tidak. Trayek paling jauh adalah jalur 9 (Wonosari-Songbanyu-Lewat Semuluh-Baran-Ngrancah) berjarak 42,5 kilometer dan dilayani 29 bus kecil. Trayek terdekat adalah jalur 10 (Wonosari-Jonge lewat Semanu) yang hanya berjarak 10 kilometer, namun tidak ada angkutan sama sekali.

Samsudin mengatakan pada dasarnya jumlah angkutan umum di Gunungkidul sudah cukup untuk trayek yang sudah terisi. “Lagipula sekarang banyak yang beralih ke sepeda motor,” kata Samsudin.

Namun tidak demikian dengan trayek yang masih nihil angkutan. Menurutnya 15 jalur perlu dilayani angkutan umum untuk memudahkan masyarakat. Agar angkutan umum tetap diminati masyarakat, Samsudin berharap pengelola memperbaiki pelayanannya dan selalu tepat waktu.

Dia menambahkan angkot memiliki jalur A, B, C, D, E. Menurut Samsudin, dari 40 angkot yang ada, setiap delapan angkutan mengisi masing-masing jalur. Namun penggunaan jalur tersebut tidak kaku dan bisa gantian. “Angkudes maksimal 14-16 kursi sedangkan angkot berkapasitas sembilan penumpang,” katanya.

Kepala Seksi Angkutan Dishubkominfo Gunungkidul Bayu Setiawan mengatakan trayek yang paling banyak memiliki angkutan adalah jalur 18 (Wonosari-Panggang-Giricahyo-Lewat Sodo-Paliyan, yang berjarak tempuh 41 kilometer). Jalur itu diisi 48 bus kecil.

Sementara, trayek yang paling sedikit dilewati angkutan adalah jalur 23A (Wonosari-Getas-lewat Playen, berjarak 17 kilometer) dan jalur 21 (Wonosari-Playen-Lewat Pulutan-Wiyoko, berjarak 17 kilometer). Masing-masing trayek hanya diisi satu mobil penumpang umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya