SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Anggota Pasoepati melakukan aksi keprihatinan atas meninggalnya pemain Persis ISL asal Paraguay Diego Mendieta karena sakit dan terlantar Selasa (4/11). Pasoepati menggelar long march dari mess Persis menuju Gladak. JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu

SOLO – Pasoepati menggelar aksi keprihatinan atas meninggalnya pemain Persis Solo, Diego Mendieta, Selasa (4/12/2012) siang. Aksi digelar mulai dari mess pemain Persis di komplek Sriwedari hingga Bundaran Gladak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam aksinya, Pasoepati meminta agar tragedi yang menimpa Diego menjadi  pelajaran bagi sepak bola Indonesia, khususnya di Kota Solo. Manajemen yang buruk serta kurangnya perhatian terhadap para pemain dianggap merupakan salah satu dampak dari kisruhnya induk organisasi sepak bola Tanah Air yang saat ini tengah mengalami dualisme kepemimpinan antara PSSI dan KPSI.

Ekspedisi Mudik 2024

Ini terlihat dalam aksi maupun orasi yang dilakukan Pasoepati. Dalam aksi itu Pasoepati membawa spanduk bertuliskan ‘Bubarkan KPSI dan PSSI, Kalau Tak Mau Bersatu’,’Apa Arti Sebuah Egoisme Saat Ada Yang Merenggang Nyawa’ dan ‘Meninggalnya Diego Mendeita Adalah Sebuah Pelanggaran HAM Berat’.

“Pasoepati berharap KPSI dan PSSI legowo dan bersatu. Kami berharap kejadian semacam ini tak terulang lagi pada musim depan,” terang Sekjen Pasoepati, Anwar Sanusi saat dijumpai Solopos.com di sela-sela aksi, Selasa.

Diego merupakan pemain Persis Solo yang berkompetisi di Divisi Utama versi PT Liga Indonesia. Striker asal Uruguay ini membela Persis sejak musim lalu.

Selama satu musim, Diego memang memberikan penampilan yang kurang mengkilap. Meski demikian, hal itu bukan alasan bagi manajemen Persis untuk tak membayar gajinya selama empat bulan.

Di tengah menanti gaji yang tak kunjung cair, kondisi kesehatan Diego pun memburuk. Setelah keluar-masuk rumah sakit, pemain berusia 32 tahun ini pun tak kuat menahan sakit yang terus menggerogoti tubuhnya.

Mantan pemain Persitara Jakarta Utara ini pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di RS Dr Moewardi, Solo, Selasa (4/12/2012). Pihak rumah sakit melalui Kepala Bagian Penyakit Dalam, Prof dr Dr Ahmad Guntur Hernawan, mengumumkan Diego meninggal karena terjangkit virus Cytomegalo dan jamur Candidiasis.

Dalam aksinya itu, selain melakukan orasi, Pasoepati juga menggalang dana. Dana yang terkumpul berjumlah sekitar Rp3.994.000. Dana itu berasal dari kocek pribadi para anggota serta sumbangan dari pihak yang turut bersimpati.

“Dana ini akan kami berikan kepada perwakilan keluarga Diego yang berada di sini,” imbuh Anwar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya