SOLOPOS.COM - Jemaah calon haji berjalan di jalur-jalur yang disediakan menuju lokasi pelemparan jumrah di Mina, Kamis (24/9/2015). (JIBI/Solopos/Reuters)

Tragedi di Mina membuka lubang besar yang selama ini menjadi kelemahan mendasar dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah Arab Saudi dinilai mengabaikan keselamatan jemaah haji meskipun ada upaya perbaikan infrastruktur selama bertahun-tahun. Di Arab sendiri, pemerintah setempat sebenarnya sudah sering menjadi bulan-bulanan kritik oleh aktivis setempat.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

”Kalau untuk pengamanan sebenarnya lebih dari cukup. Tapi yang dikerahkan itu adalah tentara yang jumlahnya sampai puluhan ribu orang. Padahal mereka tidak dilatih untuk menangani itu, harus ada kecakapan untuk menangani jemaah,” kata Direktur Sharia Watch, Ayang Utriza, dalam talkshow di Metro TV, Jumat (25/9/2015) pagi.

Ekspedisi Mudik 2024

Ayang Utriza juga mengkritik pembangunan yang dilakukan pemerintah Arab Saudi selama bertahun-tahun, terutama jalur melempar jumrah di Mina. ”Yang harus dikritik adalah, bertahun tahun pembangunan, hanya ada satu rumah sakit yang dibangun. Ini tidak sebanding, dan itu hanya semacam puskesmas lah di Mina.”

Menurutnya, proyek pembangunan yang menghabiskan dana triliunan rupiah itu juga tidak lepas dari dugaan penyimpangan. Aktivis di Arab menyatakan terjadi korupsi yang luar biasa dalam proyek jangka panjang bernilai 800 juta real Saudi itu. ”Belum lagi fasilitas yang menghubungkan Mina dan Arafah. Mina kecil, makanya kalau ada jamaah dari jalur 204 dan 203 bertemu, mereka capek, panas, akhirnya terjadi [bencana].”

Kini, muncul desakan kepada Arab Saudi agar membuka diri terhadap negara lain untuk ikut mengelola penyelenggaraan ibadah haji. Apalagi, kini pemerintah Arab Saudi cenderung menyalahkan jemaah haji dalam kasus ini.

“Seolah-olah pemerintah Saudi ini tidak bisa disalahkan. Tapi mereka harus bertanggungjawab karena ini sebuah negara,” kata Utriza.

Sementara itu, pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bereaksi keras atas tragedi di Mina yang telah menewaskan lebih dari 100 jemaah haji asal negara itu. Khamenei menuding ada kesalahan manajemen dan penanganan yang tidak benar dalam kasus ini.

Pemerintah Arab Saudi pun diminta bertanggung jawab atas kejadian di mana 717 orang tewas dan 863 terluka. ”Pemerintah Arab Saudi harus bertanggungjawab atas insiden menyedihkan ini. Ada kesalahan manajemen dan aksi yang tidak benar yang menyebabkan bencana ini,” kata Khamenei melalui pernyaaan tertulis di situs webnya, Kamis (24/9/2015).

Raja Salman Bin Abdullah Assaud sendiri telah memerintahkan peninjauan ulang atas penyelenggaraan haji setelah bencana ini. Kejadian mengerikan ini muncul saat dua rombongan besar dari dua jalur bertemu di persimpangan di Mina, beberapa km di timur Mekkah, untuk melempar jumrah. Sayangnya, hingga kini belum ada permintaan maaf atau pernyataan pertanggunjawaban dari pemerintah Arab Saudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya