SOLOPOS.COM - Seorang perawat di Bangsal Mawar RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen memeriksa kondisi tangan kanan salah satu pasien korban aula ambruk di SMKN 1 Miri Sragen, Jumat (22/11/2019). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN -- Polres Sragen menyatakan tragedi ambruknya aula SMKN 1 Miri yang mengakibatkan 22 siswa terluka pada Rabu (20/11/2019) lalu murni karena faktor bencana alam yakni kuatnya angin yang menerjang.

Kapolres Sragen AKBP Yimmy Kurniawan saat ditemui wartawan, Jumat (22/11/2019), menyampaikan aula sekolah itu berupa bangunan limasan seperti joglo dengan pilar-pilarnya hanya diletakkan pada ompak atau fondasi cor-coran beton.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kapolres mengatakan bangunan itu bukan ambruk karena patah tetapi karena terangkat angin kemudian terjatuh. Bahkan ada saksi pelajar yang sempat pegangan di salah satu tiang dan saat angin itu melanda tiang itu miring lalu ambruk.

Musim Durian Wonogiri Sudah Tiba, Saatnya Berburu!

"Penyelidikan sementara kami musibah di SMKN 1 Miri itu akibat angin kencang,” ujar Kapolres.

Dia menjelaskan faktor kencangnya angin itu diperkuat bukti banyak pohon di kawasan itu yang tercabut dari tanah dalam kondisi seperti dipelintir. Dia mengungkapkan aula itu dibangun komite sekolah pada 2015.

Kasatreskrim Polres Sragen AKP Supardi menyebut aula itu dibangun pada 2014. Yimmy menyampaikan sumber dana komite itu masih didalami.

“Dari 22 orang korban itu per Jumat pagi tinggal 13 orang, yakni enam orang dirawat di Solo dan tujuh orang di RSUD Sragen. Termasuk yang pegangan pilar itu juga luka-luka karena tertimpa kayu balok. Kami mengimbau warga yang dekat area terbuka seperti persawahan supaya berhati-hati,” tuturnya.

Suporter Indonesia Dikeroyok di Malaysia, Kemenpora: Dipukul Bukan Ditusuk

Di sisi lain, dua pelajar SMKN 1 Miri yang dirawat di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen sudah bisa pulang pada Jumat. Sedangkan lima korban lainnya masih menjalani perawatan di Bangsal Mawar RSUD Sragen untuk pemulihan.

Direktur Utama RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, Didik Haryanto, saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Jumat, menyampaikan dari tujuh siswa korban aula ambruk di SMKN 1 Miri tinggal lima siswa yang dirawat di Bangsal Mawar.

Tusuk Guru Karena Cinta, Ini Penyebab Siswa SMA Kulonprogo Tahu Rumah Korban

Dua orang lainnya dijadwalkan pulang Jumat itu, yakni atas nama Ahmad Fauzi dan Muh. Shodiq Prabowo. Lima orang lainnya masih perawatan karena ada yang luka di bagian kepala.

Ada yang tertimpa dan berdampak pada tulang panggul sehingga berpengaruh pada pembuangan air seni. "Per hari ini sudah membaik, tinggal patah tulang di pergelangan tangannya yang segera ditangani. Semua pengobatan mereka ditanggung Pemkab Sragen,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya