SOLOPOS.COM - Tradisi Dhandangan Khas Kudus (Instagram/@ircgroupsofficial)

Solopos.com, KUDUS – Menjelang bulan suci Ramadan, banyak tradisi unik dari berbagai daerah di Indonesia yang digelar. Salah satunya adalah tradisi Dhandhangan yang dilaksanakan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Dilansir dari Kemdikbud.go.id, Kamis (31/3/2022), puncak seremoni Dhandangan dilakukan dengan memukul bedug Masjid Menara Kudus untuk menandai awal bulan puasa. Kata Dhandangan merupakan tiruan bunyi bedug khas Masjid Menara Kudus. Resonansi bedug menimbulkan bunyi yang nyaring, dang! sehingga dari bunyi itu disebutlah tradisi Dhandangan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada mulanya, Dhandangan merupakan tradisi berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus setiap menjelang bulan suci Ramadhan untuk menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan bulan puasa. Seiring dengan berkembangnya waktu, momentum ini juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di sekitar masjid.

Baca juga: Deretan Harta Kekayaan Jateng, Provinsi yang Disebut Termiskin Se-Jawa

Saat ini, tradisi Dhandangan juga dikenal masyarakat Kudus sebagai pasar malam setiap menjelang Ramadhan. Pada abad ke -16, pertanda awal dimulainya 1 Ramadhan diumumkan langsung oleh Sunan Kudus yang merupakan ahli ilmu falak yang bisa mengetahui hitungan hari dan bulan dalam kalender hijriah.

Pengumuman awal dimulainya bulan puasa Ramadhan dihadiri oleh murid Sunan Kudus dari berbagai daerah, seperti Sultan Trenggono dari Kesultanan Demak, Sultan Hadirin dari Jepara, hingga Aryo Penangsang dari Blora.

Karena begitu besar antusias masyarakat yang menghadiri festival ini, akhirnya tradisi Dhandangan ini menjadi seuah tradisi pasar kaget yang rutin digelar setiap menjelang bulan suci Ramadhan. Saat memasuki era 1980an, jumlah pedagang bertambah. Dari yang biasanya menjual makanan siap saji,  kemudian bermunculanlah pedagang-pedagang non kuliner, seperti pedagang pakaian dan barang-barang kerajinan lainnya.

Baca Juga: Mitos Pantai Pulau Kodok Tegal, Berendam Pagi & Sore Obati Penyakit?

Warisan Budaya Tak Benda

Sementara itu, berdasarkan penelusuran Solopos.com, tradisi Dhandangan adalah salah satu metode penyebaran agama Islam di Kudus. Saat itu, banyak warga yang berkumul di depan Masjid Alaqsa Menara Kudus untuk mendengarkan suara beduk sebagai pengumuman masuknya bulan Ramadhan.

Humas Masjid Menara Kudus, Denny Nurhakim, mengatakan bahwa berdasarkan penaggalan Islam, tradisi pemukulan bedug ini sudah ada sejak 965 Hijriyah hingga sekarang. Pukulan pertama dilakukan untuk mengumpulkan masyarakat dan santri. Setelah itu, diikuti dengan pukulan kedua setelah sholat Isya untuk membuka awal bulan puasa.

Seiring berjalannya waktu, tradisi pemukulan bedug ini tidak hanya dilakukan selama tradisi Dandhangan saat menjelang bulan suci Ramadhan, namun juga sebagai penanda untuk memanggil seluruh umat Muslim untuk menjalankan ibadah sholat.

Baca juga: Keramas Abu Jerami, Tradisi Padusan di Banyumas

Pada 29 Oktober 2021 silam, tradisi Dhandangan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda yang penetapannya dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Saat ini tradisi Dhandangan juga menampilkan Kirab Dandangan yang merupakan representasi budaya yang ada di Kudus, seperti visualisasi Kiai Telingsing, Sunan Kudus, rumah adat Kudus, batil (merapikan rokok), dan lain-lain. Prosesi Kirab dimulai dari Jalan Kiai Telingsing menuju kompleks Menara Kudus sejauh 3 kilometer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya