SOLOPOS.COM - Sapi-sapi di Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, diarak di jalan kampung dalam acara bakdan sapi, Senin (9/5/2022). (Solopos-Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI – Acara bakdan sapi di Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, telah menjadi tradisi turun-temurun di wilayah itu. Belum diketahui secara pasti sejarah asal-usulnya, namun konon tradisi tersebut juga ada kaitannya dengan tokoh leluhur wilayah tersebut.

Salah satu tokoh masyarakat Sruni, Musuk, Jaman, membeberkan cerita yang diyakini menjadi asal usul dilaksanakannya tradisi bakdan sapi. Dia mengatakan di daerah tersebut dulunya tinggal seorang tokoh bernama Kyai Lambong Sari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kemudian tokoh tersebut mengajak warga lain untuk tinggal dan akhirnya tempat tersebut menjadi wilayah yang kemudian diberi nama seperti nama tokoh tersebut. “Dulu konon Kyai Lambong Sari memiliki kesukaan menggembala sapi,” kata dia.

Mengenai alasan kegemaran Kyai Lambong Sari gemar menggembala sapi, konon adalah untuk mengikuti ajaran Nabi Sulaiman, di antaranya adalah menghargai dan merawat hewan peliharaan. “Ini konon saja, yang kami dengar seperti itu. Sebab kami juga belum mendapatkan referensi pastinya,” kata dia.

Ekspedisi Mudik 2024

Selain Kyai Lambong Sari, juga ada tokoh bernama Kyai Anwar Syiraj yang mengajarkan agama Islam di lokasi itu. Tokoh tersebut juga gemar memelihara sapi. Nah, secara kebetulan masyarakat Mlambong sampai saat ini sebagian besar juga peternak sapi.

Baca juga: Libatkan 200 Ekor Lembu, Bakdan Sapi di Boyolali Berjalan Meriah

Sejak zaman dulu, masyarakat tersebut juga sudah menjaga tradisi kupatan dan bakdan sapi. Acara biasanya diawali dengan acara kupatan atau bakdan kupat (Lebaran ketupat) dan doa bersama. Kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan sapi atau hewan peliharaan.

“Kami mengikuti kisah Nabi Sulaiman, ini sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki melalui hewan ternak,” kata dia.

Totalitas Masyarakat

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali, Darmanto, yang hadir dalam acara tersebut mengatakan hewan ternak sapi bagi masyarakat Boyolali merupakan bagian dari hidup dan kehidupannya. Demikian juga dengan masyarakat Sruni, Musuk.

“Tradisi ini sebagai bentuk totalitas masyarakat dalam mengelola ternaknya. Kami minta ini digali, dilakukan riset untuk menjadi referensi dan bahan belajar anak-anak sekolah. Ini warisan bagi anak-anak kita,” kata dia.

Baca juga: Perayaan Syawalan, Ini Foto-Foto Tradisi Bakdan Sapi di Musuk Boyolali

Diberitakan sebelumnya, tradisi Bakdan Sapi di Boyolali pada tahun ini lebih meriah karena melibatkan sekitar 200 ekor sapi atau lembu. Bakdan Sapi atau Lebaran Sapi yang sudah menjadi tradisi masyarakat Dusun Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, tahun ini kembali digelar dengan meriah.

Jika pada tahun lalu jumlah sapi yang diikutkan dalam acara ini terbatas yakni 30 ekor karena pandemi Covid-19, pada Senin (9/5/2022), jumlahnya lebih banyak, mencapai 200 ekor.

Pada tradisi tersebut, warga mengawali dengan doa bersama dan menggelar kenduri ketupat. Acara digelar di jalan utama kampung. Warga datang sambil membawa beragam menu rumahan beserta ketupat. Setelah itu warga pulang dan mempersiapkan sapinya untuk dikirab. Sapi-sapi yang dipelihara warga pada hari itu sengaja dibawa keluar rumah untuk dipertemukan dengan sapi lain.

Baca juga: Libur Lebaran Hampir Usai, Berapa Tambahan Perantau dari Boyolali?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya