SOLOPOS.COM - Pengelola Omah Limbah Gempol, Desa Gempol, Kecamatan Karanganom memberi pakan maggot, Sabtu (23/7/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Tak hanya mengurai persoalan sampah, budi daya maggot yang dilakukan warga Desa Gempol, Kecamatan Karanganom berbuah berkah. Pengelola budi daya maggot di desa tersebut kini mulai menjajaki pasar ekspor.

Budi daya maggot itu dikelola melalui Omah Limbah Gempol yang sudah berjalan selama lebih dari dua tahun terakhir. Maggot yang merupakan larva dari lalat black soldier fly (BSF) dikenal sebagai salah satu pengurai sampah organik terbaik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengelola sekaligus inisiator Omah Limbah Gempol, Eddy Nugroho, menjelaskan sampah organik diperoleh dari hasil pengambilan sampah yang ada di Desa Gempol. Dua kali dalam sepekan atau delapan kali dalam sebulan, Eddy melakukan pengambilan sampah ke rumah-rumah warga.

Sampah yang terkumpul sekitar 200 kg per pengambilan sampah. Sekitar 75 persen merupakan sampah organik seperti sisa makanan, sayuran, hingga buah-buahan.

Sampah organik itu kemudian diolah menjadi pakan maggot. Sementara, 15 persen sampah yang terambil merupakan sampah plastik dan kini mulai diolah menjadi paving atau menyerupai batu alam.

Baca Juga: Kandungan Nutrisi Maggot, Si Belatung Lalat Tentara yang Kian Digemari

Dalam sehari, Omah Limbah Gempol minimal bisa panen 50 kg maggot. Sebagian hasil panen maggot dikeringkan menjadi jenis maggot kering. Maggot dijual seharga Rp4.000-Rp7.000 per kg untuk jenis basah dan Rp55.000-Rp75.000 per kg untuk maggot kering.

Maggot jenis basah dijual ke para peternak lokal. Sementara, maggot kering dijual melalui market place. Maggot dinilai bagus sebagai pakan ternak seperti lele, ayam, burung, hingga ikan hias.

Soal permintaan, Eddy mengatakan hingga kini Omah Limbah Gempol belum bisa memenuhi permintaan pasar.

“Permintaan pasar itu jauh di atas produksi. Untuk kering saja, permintaan hampir 1 ton per hari. Belum lagi permintaan kawan-kawan lokal. Permintaan maggot basah saja untuk ternak masih kurang-kurang. Kalau dihitung, potensi pengelolaan maggot luar biasa besar,” kata Eddy saat ditemui di Omah Limbah Gempol, Sabtu (23/7/2022).

Baca Juga: Selangkah Lagi, Maggot Gempol Klaten Tembus Pasar Ekspor

Eddy mengatakan saat ini baru menjajaki pasar ekspor, salah satunya ke Tiongkok untuk pakan ternak. Sampel yang dikirim pengelola Omah Limbah ke salah satu pengusaha di Tiongkok disetujui.

“Saat ini baru tahap membuat PT [perseroan terbatas]. Dalam sebulan ini kami mengurus administrasi untuk pasar ekspor. Kami sebelumnya sudah mengirim spesifikasi dan sudah diterima,” jelas dia.

Eddy menjelaskan budi daya maggot memiliki nilai ekonomi sirkular tinggi. Limbah atau sisa makanan maggot atau yang kerap disebut dengan nama kasgot bermanfaat untuk pupuk dan disebut-sebut bisa menjadi pengganti urea.

Air lindi dari hasil pengolahan sampah organik juga bisa berfungsi sebagai pupuk sekaligus pengendali hama. Alhasil, budi daya maggot tak menimbulkan persoalan limbah baru.

Baca Juga: Ada Peluang Permintaan 5 Kuintal/Hari, KTNA Klaten Kembangkan Maggot

Eddy menjelaskan niatannya bersama tim yang terlibat di Omah Limbah Gempol tak semata-mata mengejar ekonomi sirkular. Tujuan utama mereka, yakni mengurai persoalan sampah yang sebelumnya menjadi masalah.

Dari semula sampah dibuang secara sembarangan, saat ini mulai timbul kepedulian warga untuk mengelola sampah.

“Warga mulai memilah sampah dari rumah tangga mereka,” kata dia.

Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Klaten, Srihadi, menjelaskan produksi sampah warga Klaten per hari diperkirakan mencapai 200 ton. Dari jumlah itu, sekitar 95 ton sampah terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di Desa Troketon, Kecamatan Pedan.

Baca Juga: Bank Sampah Kahuman Klaten Kembangkan Maggot Beromzet Rp2 Juta/Bulan

Sisanya ada yang dikelola di TPS3R serta dikelola mandiri oleh warga. Srihadi berharap pengelolaan sampah bisa selesai di tingkat desa maupun kecamatan hingga tak banyak sampah yang terbuang ke TPA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya