SOLOPOS.COM - Sholahuddin (Istimewa/Dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO — Awalnya deg-degan saat memulai training of trainer (ToT) literasi keberagaman melalui jurnalisme beberapa hari lalu. Pelatihan untuk guru SMA/SMK calon fasilitator di sejumlah sekolahan di Soloraya ini menjadi rangkaian penting program Internalisasi Literasi Keberagaman Melalui Jurnalisme untuk Guru dan Siswa di Soloraya yang diusung Solopos Institute.

Sebagai penanggung jawab program, kekhawatiran saya ini wajar. ToT berlangsung selama tiga hari dari pagi hingga sore dengan acara yang padat. Kekhawatiran saya berkaitan dengan kejenuhan serta kelelahan yang mungkin terjadi saat guru mengikuti sesi demi sesi di ToT. Kalau ini terjadi, program ToT tidak berjalan efektif.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saya bersyukur kekhawatiran ini tidak terbukti. Para peserta kelihatan antusias dan gembira. Kami berikhtiar mentransformasikan nilai-nilai perdamaian, toleransi, keterampilan dan nilai-nilai jurnalisme secara interaktif dan menggembirakan sebagaimana kami rancang dalam modul.

Pada saat evaluasi seusai ToT, mereka memberikan respons positif. Peserta mengaku mendapatkan sesuatu, perspektif, dan paradigma baru dalam proses transfer nilai tentang literasi keberagaman.

Ekspedisi Mudik 2024

Reny Fajarina, guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di SMAN Kerjo Karanganyar, mengunggah foto beserta keterangan di akun Facebook miliknya seusai dikukuhkan menjadi fasilitator.

”Sah…..Sebagai Fasilitator Literasi Keberagaman Melalui Jurnalisme…3 hari digembleng para jurnalis yang hebat hebat. …lelahpun tak terasa karena Ilmu begitu luar biasa kami dapatkan… maturnuwun Solopos…program yg luar biasa…”

Saya bungah membaca status Bu Reny—begitu dia akrab dipanggil.  Program yang kami rancang tidak sia-sia. Seorang peserta menyampaikan kepada saya apa yang dia dapatkan dalam ToT ini sebagai sesuatu yang baru selama menjadi guru sejak 27 tahun lalu.

Peserta yang lain berjanji mendiseminasikan modul literasi keberagaman ini kepada teman-temannya di MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Pendidikan Agama Islam yang dia pimpin. Ini kabar baik agar nilai-nilai literasi keberagaman bisa menyebar lebih luas.

Saatnya para fasilitator menebarkan kebajikan di bidang literasi keberagaman dan jurnalisme di sekolah masing-masing. Model pembelajaran yang menempatkan guru sebagai fasilitator bisa menjadi metode alternatif yang akan memperkaya cara guru mengajar di kelas maupun di kegiatan ekstrakurikuler.

Pendekatan ini akan melengkapi transformasi nilai keberagaman lebih mengena ketimbang model-model konvensional seperti ceramah. Dalam menyikapi beberapa kasus intoleransi di sekolah, pendekatan yang digunakan kadang-kadang birokratis.

Murid atau guru dikumpulkan, pihak berwenang datang melakukan “pembinaan”.  Pembinaan untuk kebaikan tentu baik-baik saja. Namun, apakah metode “pembinaan” itu tepat dan efektif untuk membangun kesadaran sekolah yang inklusif?

Apakah tidak ada pendekatan yang lebih sistematis sehingga lebih mengena pada sasaran? Model internalisasi nilai keberagaman di sekolah telah banyak dikembangkan berbagai kelompok masyarakat sipil, termasuk pemangku kepentingan di dunia pendidikan.  Ini menjadi kabar baik.

Semakin banyak metode akan makin memperkaya model yang bisa dikembangkan para guru dan siswa di sekolah.  Solopos Institute memperkaya dan menawarkan sudut pandang lain dalam memaknai toleransi, perdamaian, keberagaman dengan pendekatan jurnalisme.  Ini akan bisa melengkapi metode pendidikan keberagaman yang sudah diterapkan di sekolah.

Agama

Jurnalisme adalah “agama” dalam ranah informasi. Kredo, prinsip, bahkan dasar-dasar jurnalisme sangat menghargai keberagaman. Jurnalisme selalu berorientasi kepada kebenaran. Publik adalah entitas tanpa sekat di mana jurnalisme harus berpihak.

Perbedaan adalah pihak yang wajib dilayani jurnalisme. Disiplin verifikasi, cek silang, sikap skeptis merupakan nilai-nilai yang bisa digunakan guru dan siswa untuk membangun sikap kritis sekaligus membangun ketangguhan saat menerima gempuran  informasi yang menyesatkan.

Kredo jurnalisme yang menjunjung tinggi keberagaman ini yang kami adopsi untuk membangun alat dalam modul. Adalah fakta minat guru dan siswa membuat konten yang bertema penghargaan terhadap keberagaman ini masih minim menurut hasil riset baseline yang dilakukan Solopos Institute pada awal program ini.

Padahal, gerakan-gerakan intoleran di masyarakat selama ini banyak dipengaruhi informasi sesat nalar khususnya di jagat digital.  Karena basisnya adalah jurnalisme, luaran yang diharapkan dari program ini adalah komunitas sekolah bisa menghasilkan karya-karya jurnalistik bermutu untuk menebarkan kebajikan pada ranah perdamaian dan toleransi.

Siswa dan guru mampu mencipta, menyebarkan dan mengkonsumsi informasi yang mencerahkan sehingga menjadi energi membangun hidup yang lebih baik. Program ini menyampaikan pesan bahwa toleransi, atau apa pun yang berkaitan dengannya, bukan sekadar kata-kata seperti acap kali dilakukan para pesohor.

Secara wacana mereka bilang toleran, antiradikalisme, pro-perdamaian, tapi praksisnya justru bertentangan dengan apa yang mereka ucapkan. Meneriakkan toleransi dengan cara intoleran. Meneriakkan antigerakan radikalisme tapi membela pendapatnya secara radikal. Seolah-olah mereka yang paling benar. Bukan itu tujuan kami.

Saat sekolah di madrasah, guru-guru agama saya selalu memaknai iman sebagai mengakui dalam hati, menyampaikan secara lisan, dan mewujudkan dalam perbuatan. Tapi tafsir guru agama saya itu bisa jadi model untuk kita adopsi.

Toleransi tidak diukur seberapa keras kalian berteriak di media sosial. Toleransi adalah meyakini perbedaan sebagai fitrah kemanusiaan, menebarkannya melalui informasi yang mencerahkan, serta menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan. Inilah toleransi dalam makna sebenarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya