SOLOPOS.COM - Sejumlah buruh menggelar salat gaib di Jl. Siliwangi, Kalibanteng, Kota Semarang, Kamis (8/10/2020). Salat gaib digelar sebagai wujud penolakan omnibus law UU Cipta Kerja yang disahkan DPR. (Semarangpos.com-KSPI Jateng)

Solopos.com, SEMARANG – Aksi penolakan terhadap omnibus law UU Cipta Kerja kembali terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Kamis (8/10/2020). Aksi itu tidak dilakukan buruh di depan Gedung DPRD Jateng di Jl. Pahlawan, Kota Semarang, melainkan dengan salat gaib yang sempat dihalangi polisi.

Aksi yang diikuti ratusan buruh itu digelar di Jl. Siliwangi, tepatnya di depan kompleks permakamanan Belanda. Dalam aksinya itu, buruh melakukan orasi serta menggelar salat gaib.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salat yang digelar bagi orang yang sudah meninggal dunia itu ditujukan kepada anggota DPR yang baru saja mengesahkan omnibus law yang di dalamnya terdapat UU Cipta Kerja.

Ekspedisi Mudik 2024

Peluang Bisnis Coffee Bun Menggiurkan, Begini Kalkulasinya…

Aksi buruh yang berasal dari berbagai perusahaan di Semarang itu sempat tersendat di depan Pengadilan Negeri (PN) Semarang. Hal itu karena massa sempat diadang aparat kepolisian. Namun, aksi massa akhirnya bisa berlanjut setelah seorang peserta menyerahkan kartu identitas sebagai penanggung jawab aksi.

Ketua FSP KEP KSPI Jateng, Ahmad Zainudin, mengaku tidak tahu alasan polisi menghalani aksi massa itu. Ia menyebut polisi yang coba menghalangi aksi itu tak lain adalah Kapolsek Ngaliyan.

Kapolsek Tak Paham?

“Kami berkoordinasi baik dengan Polrestabes Semarang dan beberapa polsek yang dilewati peserta aksi. Namun entah kenapa Kapolsek Ngaliyan merecoki aksi kami. Padahal, perjuangan kami ini juga untuk memperjuangkan anak cucu mereka. Apa Pak Kapolsek enggak paham itu?” ujar Zainudin, seusai aksi.

Covifor, Obat Virus Corona Asal India Masuk ke RS Indonesia

Sementara itu, selepas aksi diizinkan berlanjut buruh pun menggelar orasi. Mereka tak henti-hentinya meneriakan yel-yel dan orasi terkait penolakan omnibus law.

Mereka juga menyatakan salat gaib digelar sebagai bentuk matinya hati nurani DPR yang telah mengesahkan omnibus law.

“Omnibus Law harus ditolak. Buruh akan melakukan perlawanan dengan cara apa pun karena isinya mendegradasi undang-undang yang ada [UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan]. Hari ini kita melakukan salat gaib atas matinya hati nurani DPR,” ujar komando orator aksi, Sarjono.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya