SOLOPOS.COM - Warga Dukuh Ngampunan memasang spanduk tuntutan pembangunan terowong di pinggir jalan tol Soker, teparnya di Dukuh Ngampunan, Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Sragen, Kamis (8/9/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Tol Solo-Kertosono masih menyisakan masalah dengan warga sekitar proyek jalan tol.

Solopos.com, SRAGEN–Sebanyak 50 orang warga Dukuh Ngampunan, Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Sragen turun ke jalan menggelar aksi blokade jalan tol Solo-Kertosono (Soker) dengan memasang dua spanduk melintang, Kamis (8/9/2016) pagi. Mereka kesal karena tuntutan agar akses jalan di dukuh itu tetap dihidupkan tak segera direspons pemerintah pusat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejak awal mereka menuntut supaya pelaksana proyek jalan tol Soker, PT Solo Ngawi Jaya (SNJ) dan PT Waskita Karya, membuat terowongan untuk akses warga di RT 022 Dukuh Ngampunan yang terbelah dengan jalan tol Soker. Mereka memenuhi jalan tol Soker yang masih berupa tumpukan pasir dan batu bercampur tanah uruk yang memutus akses transportasi di lingkungan RT 022 itu. Mereka membawa pengeras suara seraya berorasi mendesak kepada PT Waskita Karya dan PT SNJ segera merealisasikan tuntutan warga.

Aksi warga itu pun mendapat reaksi dari aparat Polsek Ngrampal dan Polres Sragen. Kapolsek Ngrampal AKP Budiono meminta warga tenang dan tidak anarkistis. Budiono mewakili Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso pun membujuk warga supaya tidak memblokade jalan tol. Imbuan Kapolsek pun dipenuhi warga dengan syarat warga harus dipertemukan dengan PT Waskita Karya dan PT SNJ. Keinginan warga pun disanggupi Budiono dan meminta waktu untuk berkoordinasi dengan aparat musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) dengan PT SNJ dan PT Waskita Karya.
Kasat Intelijen dan Keamanan Polres Sragen AKP Bambang Susilo pun turut menenangkan warga.
Dia mengimbau kepada warga supaya bersabar sambil menunggu kedatangan pejabat PT Waskita Karya dan PT SNJ. Bambang meminta warga dua spanduk berisi aspirasi warga itu dipasang di pinggir jalan tol Soker supaya tidak menganggu lalu lintas jalan. Warga pun segera memindahkan spanduk ke sisi utara dan selatan jalan tol. Setelah ditunggu beberapa jam, perwakilan PT SNJ dan PT Waskita Karya pun datang untuk beraudiensi di Balai Desa Kebonromo. Audiensi itu difasilitasi pemerintah desa dan dipimpin Kapolsek Ngrampal.

Koordinator warga dari RT 021 Ngampunan, Pariyo, mengaku sebagai perwakilan warga Dukuh Ngampunan, terutama warga RT 022, meminta PT Waskita Karya dan PT SNJ merealisasi tuntutan pembuatan terowongan yang menghubungkan warga di lingkungan RT 022 yang terbelah jalan tol. Desakan yang disampaikan Pariyo itu didasarkan pada sejumlah alasan.

“Warga Dukuh Ngampunan keberatan dengan adanya akses jalan layang [overpass] karena banyak anak sekolah di utara jalan tol yang kesulitan belajar di SDN 4 Kebonromo yang terletak di lingkungan RT 020. Mereka memilih tidak sekolah bila harus lewat jembatan layang itu. Kemudian, sebagian besar warga di selatan jalan ton memiliki sawah di utara jalan tol. Akses untuk mengangkut hasil panen juga kesulitan bila melewati jalan layang,” ujarnya.

Alasan berikutnya, permakaman umum di Dukuh Ngampunan itu terletak di selatan jalan tol. Para warga yang ada di utara jalan tol, kata dia, akan kesulitan untuk menguburkan jenazah keluarganya ketika harus melewati jembatan layang. Atas dasar itulah, Pariyo meminta adanya terowongan sebagai solusi atas berbagai kesulitan warga itu.

Koordinator warga dari RT 019 Ngampunan, Iwan Supadi, mempertanyakan tindak lanjut tuntutan warga yang hingga sekarang belum ada sosialisasi. Iwan menjelaskan warga sudah membuat proposal permohonan itu kepada PT Waskita Karya dan kecamatan tetapi ditolak. Atas dasar itulah, Iwan menyampaikan warga waswas dan khawatir bila tuntutan itu tidak dikabulkan sehingga warga menggelar aksi supaya tidak terlambat.

“Selama ada jalan tol, Ngampunan selalu kebanjiran. Dalam catatan saya ada lima kali kejadian banjir di Ngampunan. Kondisi itu sudah disampaikan ke PT Waskita Karya tetapi sampai sekarang tidak ada solusi yang jelas,” tambahnya.

Sementara itu, Manajer Pengendalian Proyek PT SNJ, Bianto Johan,  berkomitmen mengkaji kembali sejumlah laporan yang disampaikan warga dengan melihat langsung ke lokasi jalan tol. Dia menyatakan PT SNJ dan PT Waskita Karya itu hanya pelaksana di lapangan. Instansi yang berwenang, kata dia, Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT).

“Selama proses di pusat belum selesai, kami dari PT SNJ dan PT Waskita Karya tidak akan membangun konstruksi di lokasi akses warga. Untuk solusi banjir dan seterusnya, kami akan menerjunkan tim ahli untuk mengkaji lebih lanjut,” ujar Johan.

Kesepakatan warga dan PT SNJ dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani kedua belah pihak dan disaksikan Muspika dan aparat dari Polres Sragen dan Pemerintah Desa Kebonromo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya