SOLOPOS.COM - Tugu Pamandengan, titik 0 km Solo. (Instagram/@asedinocom)

Solopos.com, SOLO — Keberadaan Tugu Pamandengan, sebagai titik nol kilometer (km) Kota Solo di Jawa Tengah, ternyata mempunyai peran penting di masa lalu.

Menurut informasi yang diunggah oleh Pemkot Solo dalam situs resminya, Tugu Pamandengan pada zaman dahulu dijadikan titik fokus pandangan Raja Keraton Kasunanan Surakarta untuk memusatkan pikirannya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal tersebut dia lakukan untuk menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi oleh masyarakat pada zamannya.

Baca Juga:  Potret Cantik Velline Chu, Artis VU yang Ditangkap karena Narkoba

Titik nol km Solo yang diduga merupakan peninggalan antara Paku Buwono VI hingga Paku Buwono X disebut-sebut sudah ada sejak pindahnya Keraton Solo dari Kartasura. Seperti diungkapkan oleh akun Instagram yang kerap mengunggah cerita sejarah, @lampaubercerita.

Pada zaman dahulu, Tugu Pamandengan juga sempat mengalami pemugaran pada era Paku Buwono X atntara 1893-1939.

Baca Juga:  Tak Kalah Kece dengan Bendung Tirtonadi, Ini Spot Foto Lainnya di Solo

Tugu ini sebenernya udah ada semenjak awal pindahnya keraton, terus dipugar dan diperbaiki masa Sri Susuhunan PB X antara tahun 1893-1939. Tugu ini ada di barat Jembatan KaliPepe sama Pasar Gedhe Hardjanagara, dan tepat di timur Balaikota Surakarta yang dulunya masih jadi kantor Residen Surakarta,” ungkap pengelola akun Instagram @lampaubercerita bercerita soal titik nol km Solo.

Ciri khas Tugu Pamandengan ini terletak pada bagian atasnya yang terdapat empat buah lampu gantung yang identik dengan zaman kolonial.

Baca Juga:  5 Aplikasi yang Wajib Dipunyai untuk yang Mulai Berbisnis atau Usaha

Tugu Pamandengan pakai material batu sama campuran beton. Badan tugu sisi bawah pakai batu andesit ekspos yang sekarang dicat warna hitam. Tugu ini juga dipasangi empat buah hanging lamp ala kolonial,” imbuh dia.

Tugu nol km Solo ini juga diklaim sebagai titik kosmologi budaya Jawa. Hal ini dibuktikan dengan letaknya yang berada di Pasar Gede di sebelah timur yang bersimbol sifat duniawi yang berhubungan dengan ekonomi.

Baca Juga:  5 Aplikasi yang Wajib Dipunyai untuk yang Mulai Berbisnis atau Usaha

Kemudian, ada Masjid Agung di sebelah barat sebagai simbol untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Ada poros Tugu Pemandengan sebagai simbol visi Raja yang luas.

Baca Juga: Sejarah Kanjeng Ratu Kidul: Berasal dari Tanah Sunda?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya