SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak-anak (Kaskus.co.id)

Tips pola asuh kali ini mengenai cara melerai pertengkaran.

Harianjogja.com, JOGJA — Anak bertengkar dengan teman atau saudara karena persoalan sepele sangat wajar terjadi. Entah karena berebut mainan, berbeda pendapat atau pertengkaran kecil ala anak-anak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak jarang pertengkaran antar anak juga dilakukan dengan kekerasan seperti memukul. Orang tua semestinya tidak menjadi wasit ketika pertengkaran antar anak terjadi. Alangkah bijak, jika orang tua dapat menjadi fasilitator dalam memecahkan persoalan anak.

“Bertengkar dengan teman paling sering terjadi, apalagi ketika anak sedang main dengan teman sebayanya di sekitar rumah. Awalnya, saya tidak terlalu serius menanggapi, tapi beberapa anak kadang bertengkar dengan memukul, itu yang membuat saya khawatir,” ujar Yuyun, ibu rumah tangga asal Imogiri, Bantul, Senin (5/9/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Sesekali pertengkaran antar anak itu memang diperlukan. Pertengkaran anak menjadi bagian pembelajaran anak dalam proses keterampilan sosial. Tapi, kalau terlalu sering bertengkar, harus segera dihentikan.

Psikolog dari Pusat Kajian Anak dan Keluarga Universitas Islam Indonesia (UII), Resnia Novitasari mengungkapkan, pertengkaran antar anak seringkali dipicu oleh hal-hal sepele. Ketika anak bertengkar dengan saudara atau teman, yang mesti dilakukan orang tua lebih dulu adalah mengetahui penyebabnya.

“Bisa mungkin karena anak sedang kecapekan, karena berebut barang atau mainan. Atau mungkin karena anak tidak tahu cara melampiaskan rasa marahnya,” ungkap Resnia.

Setelah mengetahui alasan anak bertengkar dengan teman atau saudaranya, orang tua dapat mengajak anak berbicara. Memberikan pengertian kepada anak dengan bahasa yang mudah dimengerti anak akan lebih baik.

Resnia menambahkan, orang tua juga dapat memberi pengertian kepada anak secara asertivitas. Ajak anak untuk mengutarakan atau mengomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain. Namun, tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain.

“Ajari anak untuk bilang apa yang mereka rasakan” ujar Resnia.

Usia yang tepat dalam memberikan pengertian ke anak tentang pertengkaran dapak dilakukan saat anak sudah mulai masuk sekolah. Namun, menurut Resnia, ketika anak sudah mulai bisa diajak bicara, pengertian tentang pertengkaran sudah dapat diberikan pemahaman secara bertahap.

“Pada usia empat tahun sampai lima tahun, anak sudah bisa diberi pengertian. Atau ketika anak sudah bisa bicara dengan jelas,” imbuh Resnia.

Pertengkaran seringkali memicu aksi kekerasan yang dilakukan antar anak. Perdebatan sengit antar anak, bisa membuat anak mengangkat tangannya dan memukul orang yang dihadapi. Resnia mengungkapkan, orang tua dapat mengarahkan amarah anak ke hal-hal yang lebih baik. Misal ketika anak marah dan hendak memukul, orang tua bisa mengarahkan anak untuk meletakkan tangannya di belakang.

“Ajarkan time out pada anak. Misalkan bilang ke anak, adek kalau marah boleh, kok ke pojokkan. Diam di sana sampai marahnya hilang. Tapi tetap orang tua mendampingi mereka,” jelas Resnia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya