SOLOPOS.COM - Dokter spesialis paru konsultan onkologi toraks dari RS Indriati Solo Baru, dr. Ana Rima Sp.P(K). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Tips kesehatan dari RS Indriati Solo Baru tentang kanker paru.

Solopos.com, SUKOHARJO — Asap rokok menjadi penyebab utama penyakit kanker paru. Hampir 90% pengidap kanker paru disebabkan merokok, termasuk perokok pasif.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dokter spesialis paru konsultan onkologi toraks dari Rumah Sakit (RS) Indriati Solo Baru, dr. Ana Rima Sp.P(K), mengatakan di dalam asap rokok mengandung banyak zat racun yang menyebabkan kanker.

Rokok juga memiliki zat adiktif yang membuat perokok menjadi ketagihan. Selain itu, faktor genetik dan lingkungan juga mempengaruhi seseorang terkena penyakit kanker.

Akhir-akhir ini jumlah penderita kanker paru di Indonesia semakin meningkat demikian juga di Solo Raya.

“Sebenarnya risiko terkena kanker paru tidak hanya kepada perokok aktif, namun perokok pasif juga demikian. Semakin lama seseorang mempunyai kebiasaan merokok semakin tinggi risiko terkena kanker paru terutama apabila kebiasaan merokok sudah dimulai sejak usia lebih muda,” tuturnya saat ditemui Solopos.com di RS Indriati Solo Baru, Kamis (16/11/2017).

Menurutnya, kanker paru adalah penyakit yang bisa dicegah. Namun, kesadaran masyarakat terhadap bahaya merokok bagi diri sendiri maupun orang lain masih rendah. Bahkan, sekarang juga cukup banyak penderita kanker dari kaum wanita.

Kebanyakan kanker paru saat terdiagnosis sudah dalam stadium lanjut yaitu stadium 3B atau 4 karena apabila ukuran masih kecil belum menunjukkan gejala. Biasanya gejala baru dirasakan apabila kanker mulai membesar, menekan organ lain atau mulai menyebar.

Selanjutnya timbul gejala seperti batuk, batuk berdarah, sesak, dada ampeg, nyeri dada, suara serak, berat badan menurun dimana gejala tersebut hampir mirip gejala penyakit paru kronik yang lain misalnya Tuberkulosis (TB) paru.

Tidak jarang penderita kanker paru pada awalnya dianggap sebagai TB paru. Oleh karena itu evaluasi selama pengobatan TB sangatlah penting, terutama apabila tidak segera terjadi perbaikan klinis setelah diberi obat TB.

Kanker berarti tumor yang ganas. Tumor ganas mempunyai cri-ciri yaitu meskipun ukurannya masih kecil tumor ganas mampu menginvasi jaringan sekitar dan dapat masuk ke pembuluh darah, mengikuti aliran darah lalu tumbuh dan berkembang pada organ lain sedangkan tumor jinak meskipun ukurannya besar akan tetapi hanya tumbuh di tempat primernya.

Setelah kanker menjalar  penderita kanker paru dapat mengalami gejala tambahan seperti nyeri tulang akibat penjalaran ke tulang, dada ampek (sesak) akibat timbul cairan di selaput paru, atau pun sakit kepala, kejang sampai penurunan kesadaran akibat penjalaran ke otak.

“Untuk membedakan penyakit kanker paru dengan penyakit lain dan untuk melihat stadium penyakit diperlukan pemeriksaan CT scan (Computerized Tomography Scan), dan untuk mengobati kanker harus terlebih dahulu diketahui jenis kankernya,” jelasnya.

Biopsi

Jenis kanker paru  diperiksa dengan mengambil sel/jaringan tumor dengan cara biopsi paru melalui dinding dada atau melalui bronkoskopi. Pemeriksaan  CT scan, bronkoskopi dan Patologi Anatomi tersedia di RS Indriati.

Setelah ditentukan jenis, stadium dan tampilannya baru diputuskan pemilihan terapinya. Apabila ditemukan masih dalam stadium dini dapat dilakukan pembedahan sehingga prognosisnya jauh lebih baik.

Pada stadium lanjut dapat diberikan kemoterapi, radioterapi, serta targeted terapi. Tujuan pengobatan pada stadium lanjut selain memperpanjang harapan hidup yang terpenting adalah memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidupnya.

Operasi pengangkatan kanker bisa dilakukan jika kanker masih terlokalisir (stadium 1 dan 2). Dari pengamatan saat operasi akan ditentukan lagi perlu tidaknya diberikan  kemoterapi atau radioterapi pascaoperasi.

Prosedur ini digunakan untuk membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa. Pelayanan radioterapi juga tersedia di RS Indriati dan merupakan satu-satunya rumah sakit swasta di Soloraya yang menyediakan layanan radioterapi.

Kemoterapi

Pada penanganan kemoterapi konvensional untuk kanker paru umumnya dilakukan setiap tiga minggu sebanyak empat sampai enam siklus. Kemoterapi bekerja dengan cara membunuh sel-sel kanker, memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker, serta menghambat penyebarannya. Banyak pasien yang awalnya takut untuk mendapatkan kemoterapi karena khawatir terhadap efek sampingnya, akan tetapi saat ini telah banyak Regimen kemoterapi generasi baru dengan efek samping yang tidak berat.

Dokter paru akan mempertimbangkan berbagai hal dalam pemilihan kemoterapi dan  mengantisipasi efek samping seminimal mungkin. Selain kemoterapi konvensional untuk kanker paru jenis Adenokarsinoma dengan mutasi EGFR dapat diberikan targeted terapi yang berbentuk tablet diminum setiap hari dengan efek samping yang lebih minimal serta hasil yang lebih baik.

Menurutnya, RS Indriati Solo Baru memiliki Tim kanker yang solid serta ditunjang dengan berbagai peralatan yang diperlukan dalam melayani pasien kanker paru agar kualitas hidupnya meningkat. Pemeriksaan dan pengobatan sejak dini memberikan keberhasilan pengobatan yang lebih baik. Berhenti merokok sekarang juga dan hindari asap rokok di sekitar Anda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya