SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

BANTUL—Sejumlah petani jarak pagar di Bantul beralih menanam pisang. Jarak pagar yang digadang menjadi sumber energi alternatif pengganti BBM, dinilai tidak menguntungkan karena harga jual murah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Pada 2006 lalu, pemerintah pusat gencar menggalakkan pengembangan bioenergi dari biji jarak pagar (Jatropha curcas). Ironisnya, tanaman yang dapat diolah jadi biodiesel itu masih dianaktirikan sampai sekarang,” kata Lurah Desa Sidomulyo, Bambanglipuro, Edi Murjita kepada Harian Jogja, Minggu (1/4) siang.

Menurut Edi, jika pemerintah serius mengembangkan penggunaan energi alternatif, harga jual biji jarak jangan hanya Rp3.000 per kilogram. Apalagi pohon jarak hanya dapat dipanen tiap satu tahun sekali. Akibatnya, petani lebih memilih memanfaatkan lahannya untuk menanam komoditas lain yang lebih bernilai tinggi.

Pemerintah Desa Sidomulyo akhirnya memilih menggalakkan program penanaman pohon pisang sejak 2007 silam. “Realistis saja, sama-sama panen satu tahun sekali, harga satu tundun pisang raja bisa mencapai Rp150.000,” ujar lurah yang menjabat sejak 1996 itu.

Bagi warga yang menanam 50 batang pohon pisang, Pemdes memberikan dana stimulan Rp250.000. Stimulan Rp500.000 diberikan untuk warga yang menanam 100 batang pohon pisang. Kini, dari 15 padukuhan di Sidomulyo, 11 di antaranya telah ditanam ribuan pohon pisang.

Tanpa harus bersusah payah menjual pisang ke pasar, sejumlah tengkulak dari berbagai daerah sudah antre tiap kali menjelang musim panen.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya