SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Setiap penderita stroke tentu ingin segera mendapatkan tindakan. Salah satu tindakan untuk mengidentifikasi letak gangguannya adalah dengan Digital Subtraction Angiography (DSA). Namun bagaimana jika pasien juga mengalami hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi?

Menurut Dokter Spesialis Radiologi Konsultan Radiologi Intervensi Rumah Sakit (RS) JIH Solo, dr. Luths Maharina, Sp.Rad(K) RI., hal itu tidak menjadi masalah.

“Tidak ada masalah. DSA merupakan tindakan yang sama seperti yang dilakukan teman sejawat [dokter] jantung, yang mungkin kebanyakan pasiennya darah tinggi, nanti akan dikontrol,” kata dia dalam Health Talk RS JIH Solo yang disiarkan di Youtube JIH Solo belum lama ini.

Dijelaskan, sebelum melakukan DSA ada langkah-langkah atau rangkaian pemeriksaan penunjang yang harus ditempuh. Sebab DSA adalah tindakan invasif atau tindakan memasukkan benda ke tubuh. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di antaranya adalah pemeriksaan darah, fungsi ginjal, pemeriksaan MRI untuk melihat pembuluh darahnya dan sebagainya.

Ketika pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi, akan dikonsultasikan dengan dokter spesialis jantung. Saat dilakukan tindakan, juga akan mendapat pendampingan dari dokter anestesi, dan setelah tindakan juga akan dipantau kondisi kesehatan pasien.

Baca Juga: Mengulas Stroke dari Gejala, Penyebab, hingga Pencegahannya

Menurut dr. Luths, memang ada beberapa risiko yang muncul pada penanganan DSA. Namun risiko tersebut telah diminimalkan dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini.

Risiko pertama adalah adanya kemungkinan nyeri meskipun sudah dikurangi. “Sebab kita hanya melakukan sayatan sekitar 0,5 cm di lipat paha untuk memasukkan selang kateter. Kadang ketika obat bius habis setelah tindakan, biasanya aka nada rasa nyeri, tapi tidak terlalu. Setelah Tindakan biasanya pasien juga akan diberi obat anti nyeri agar tetap nyaman,” jelas dia.

Risiko kedua adalah adanya kemungkinan perdarahan, sebab tindakan tersebut dilakukan di pembuluh darah. Namun risiko tersebut juga telah dikurangi dengan pemakaian alat yang khusus, yang tidak gampang merusak pembuluh darah. “Namun setiap risiko itu tetap harus diberitahukan ke pasien, agar tidak kaget,” kata dia.

Ketiga adalah kemungkinan pergeseran pembuluh darah, karena tindakan dilakukan dengan memasukkan benda asing ke pembuluh darah.

Baca Juga: Waspada, Ini Gejala Pasien Gagal Ginjal Akut Menurut Dokter Ahli

Untuk melakukan tindakan DSA ada dua syarat yang harus diperhatikan dan harus terpenuhi. Syarat pertama adalah tentang ketersediaan alatnya dan kedua soal ketersediaan SDM. Sejauh ini kedua syarat tersebut telah tersedia di RS JIH Solo.

Bagi masyarakat yang ingin berkonsultasi atau mengakses layanan, bisa langsung ke Rumah Sakit JIH Solo di Jl. Adisucipto No. 118, Jajar, Kecamatan Laweyan, Solo. Didukung oleh dokter, perawat, paramedis, dan staf yang profesional dan ramah dalam melayani pasien, JIH juga memiliki peralatan medis modern dan terbaru.

RS JIH Solo juga bisa dihubungi lewat email : infosolo@rs-jih.co.id, nomor telepon (0271) 746 9100, Gawat Darurat : 1-500-805, Whatsapp : +62811500805, Website: www.rs-jih.co.id/rsjihsolo, Instagram: @rs.jihsolo, Tiktok: @rsjihsolo, Facebook: @rsJIHSolo, Youtube: RS JIH Solo, serta Twitter @rsJIHSolo.

Rekomendasi
Berita Lainnya