SOLOPOS.COM - Tuntas Subagyo (tengah) saat beraktivitas belum lama ini. (istimewa)

Solopos.com, SOLO — Pendiri sekaligus Ketua Organisasi kemasyarakatan (Ormas) Tikus Pithi Hanata Baris (TPHB), Tuntas Subagyo, warga Purbayan, Kecamatan Baki, Sukoharjo, mengaku tak mengetahui ihwal ramalan Jayabaya yang menyebut tikus pithi.

Ia pun mengaku tidak mendasarkan penamaan ormas yang dibentuknya berdasarkan ramalan tersebut. Sedangkan mengenai makna dari ramalan Jayabaya yang menyebut tikus pithi, Tuntas mengatakan penafsirannya bisa bermacam-macam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ada yang menafsirkan munculnya ketamakan dan kerakusan. Ada juga yang menafsirkan lahirnya barisan rakyat. “Di dalam ramalan kan terjemahannya macam-macam. Ada yang menerjemahkan akan muncul ketamakan, kerakusan. Ada juga yang menerjemahkan akan munculnya sebuah barisan rakyat untuk perubahan,” paparnya saat wawancara dengan Solopos.com, Jumat (17/12/2021).

Baca Juga: Keren Lur! Gibran Bocorkan Desain Penataan Pasar Pon-Koridor Gatsu Solo

Bila dikembalikan kepada niatan awal pembentukan Tikus Pithi Hanata Baris tujuh tahun lalu, menurut Tuntas, organisasinya ingin membuat perubahan besar di tengah masyarakat, bangsa, dan negara. Perubahan itu untuk mengembalikan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Niatan kami tahun 2014 kan ingin membuat perubahan bagi bangsa, mengembalikan tatanan bangsa menjadi Nusantara Wilwatikta Jilid II dengan konsep gemah ripah loh jinawi tata titi tentrem kerta raharja,” tegasnya.

Kepada para anggota TPHB, Tuntas berharap agar selalu berlaku penuh kejujuran, berkomitmen, dan bertanggung jawab. Apalagi dalam kegiatan sosial budaya dan kemanusiaan di tengah masyarakat.

Baca Juga: 558 Orang Antre Rusunawa Solo, Yang Sudah Dapat Malah Ogah Menempati

Atribut Warna Hitam

Hal itu pula yang mendasari pemilihan warna hitam sebagai warga kebesaran yang diterapkan pada pakaian atau atribut Tikus Pithi Hanata Baris. Tuntas menjelaskan makna warna hitam itu.

“Itu kan identik atau artinya jujur, komitmen, tanggung jawab. Itu yang dibutuhkan di dalam pembangunan. Secara arti harfiah tak ada yang bisa mengalahkan hitam, karena hitam warna paling berkomitmen,” ujarnya.

Menurut Tuntas, warna hitam ketika dicampur dengan warna apa pun akan tetap hitam atau condong hitam. Karakter warna itu yang mendasari Tuntas memilih hitam sebagai warna khas atau kebesaran organisasi.

Baca Juga: Sejarah Terminal Tirtonadi Solo, Ternyata Pindahan dari Gemblegan

“Karena modal membangun masyarakat, membangun bangsa adalah amanah, jujur, bertanggung jawab. Itu modal. Pada satu sisi yang saya lihat waktu itu Indonesia bisa besar asal rakyatnya menjadi subjek,” sambungnya.

Apalagi, menurut Tuntas, Tikus Pithi Hanata Baris memiliki visi misi gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja. Kehadiran anggota TPHB diharapkan bisa memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya