SOLOPOS.COM - Sarang burung hantu dipasang di areal persawahan di wilayah Desa Pranan, Kecamatan Polokarto. (Solopos/Indah Septiyaning Wardhani)

Solopos.com, SUKOHARJO – Petani di Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo mulai kewalahan mengatasi semakin masifnya serangan hama tikus pada lahan persawahan setempat. Selain gropyokan tikus, petani juga menyebar sarang burung hantu atau Tyto Alba di wilayah Pranan.

Langkah itu dilakukan sebagai upaya menekan serangan hama berasal dari hewan pengerat tersebut. Kepala Desa (Kades) Pranan, Jigong Sarjanto, mengatakan, gropyokan tikus secara massal telah dilakukan para petani dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat belum lama ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sayangnya, gropyokan belum mampu mengatasi serangan hama tikus yang semakin masif memasuki musim tanam I (MT I).

Disimpan di Belanda, Mobil Pertama di Indonesia Milik Raja Solo Pakubuwono X Segera Pulang

"Serangan hama tikus ini meningkat selama musim penghujan. Populasinya meningkat hingga dua kali lipat, jadi kita lakukan gropyokan tikus," kata Jigong, Minggu (9/2/2020).

Kini, pemerintah desa bersama petani memasang sarang burung hantu yang disebar di berbagai wilayah. Sarang burung hantu dipasang agar hewan predator tikus ini bersarang dan membasmi tikus secara alami. Menurut Jigong Sarjanto, langkah ini dinilai efektif memberantas hama tikus.

"Para petani sampai sekarang juga terus memantau lubang-lubang di areal persawahan. Lubang ini biasanya menjadi sarang tikus," katanya.

Dalam upaya pemberantasan hama tikus, pihaknya juga menekankan kepada para petani agar tak membuang bangkai tikus sembarangan. Lantaran dapat menyebarkan penyakit berbahaya seperti leptospirosis.

Kisah Wanita Pengawas Pemungutan Suara di Sragen Keguguran Saat Pemilu 2019

Tikus yang berhasil dibasmi harus dikumpulkan, lalu dikuburkan. Pihaknya berharap gerakan gropyokan tikus aktif dilakukan petani agar lahan pertanian aman.

Menurut Jigong Sarjanto, tikus mudah berkembangbiak di musim penghujan, sehingga diperlukan keaktifan petani memberantas hama tersebut. Salah satunya melalui gerakan gropyokan tikus secara massal dan berkelanjutan. Targetnya populasi tikus tidak meningkat dan merusak tanaman padi.

"Dampak serangan tikus terhadap tanaman sangat luar biasa yakni bisa gagal panen bahkan mengakibatkan lahan puso," katanya.

Sementara sejumlah petani mengaku serangan hama tikus mengganas sejak benih tanaman padi ditanam. Salah satu petani Sriyono, 50, mengatakan mengaku lahan persemaian padinya rusak dimakan tikus. Guna mengatasi serangan hama tikus, petani melakukan gropyokan secara massal.

Digelar Hari Ini, Haul Joko Tingkir Diisi Selawatan di Keraton Pajang Sukoharjo

"Tiap hari tikus kami buru, tapi nyatanya belum mampu membasminya. Karena dibutuhkan pembasmian bersama-sama sehingga tidak ada lagi tikus. Kita juga sebar burung hantu yang bisa memangsa tikus sewaktu-waktu," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Netty Harjianti, mengatakan, hampir seluruh petani di wilayah Kabupaten Sukoharjo sudah mulai tanam padi. MT I padi ini mengalami keterlambatan dibanding tahun lalu karena dampak kemarau panjang.

7 Mahasiswa Terseret Ombak Pantai Parangtritis, 1 Meninggal

"Kami melakukan pemantauan di sejumlah wilayah saat MT I padi. Petani mayoritas sudah melakukan tanam padi," katanya.

Ihwal penanganan serangan hama seperti tikus di Sukoharjo sudah dikembangkan dengan cara alami memakai hewan predator, burung hantu. Pengembangan akan terus dilakukan di semua wilayah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya