SOLOPOS.COM - KH Mubarik (Mbah Barid) Laweyan, Solo sedang memberikan tausiah kepada jemaah yang hadir pada acara Gandekan Berselawat 3, di Pendapa Kelurahan Gandekan, Jebres, Solo, Jumat (17/7). Nadhiroh/JiBI/SOLOPOS)

KH Muhammad Barid (Mbah Barid) Laweyan, Solo sedang memberikan tausiah kepada jemaah yang hadir pada acara Gandekan Berselawat 3, di Pendapa Kelurahan Gandekan, Jebres, Solo, Jumat (17/7). Nadhiroh/JiBI/SOLOPOS)

Marhaban Yaa Ramadan. Kata-kata sambutan itu dapat dijumpai di banyak tempat. Di persimpangan jalan, di jalan-jalan besar, perkampungan dan kompleks masjid. Kedatangan Ramadan benar-benar mendapatkan sambutan yang luar biasa dari umat Islam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak hanya itu, sebagian muslim juga mempersiapkan diri menghadapi Ramadan, bulan yang disebut-sebut sebagai bulan penuh berkah dan ampunan.

Beberapa kegiatan diselenggarakan guna menyambut Ramadan. Pengajian, pawai, talkshow dan sebagainya.

Seperti yang dilakukan Kelompok Hadrah dan Pengajian Jami’us Sholeh Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres. Selama Syakban, mereka mencoba memompa semangat menghadapi Ramadan dengan Gandekan Berselawat. Mereka sudah menyelenggarakan Gandekan Berselawat untuk kali ketiganya.

Pada malam puncak Gandekan Berselawat 3, di Pendapa Kelurahan Gandekan, Selasa (17/7/2012) malam, jemaah
yang hadir tidak hanya berselawat. Mereka pun mendapatkan bekal menghadapi Ramadan. Tausiah disampaikan
Ustaz Firman Hamdani dan KH Muhammad Barid (Mbah Barid), Laweyan, Solo.

“Apa yang sudah kita persiapkan menghadapi Ramadan.  Kebanyakan menyiapkan sarung baru, peci baru, baju
takwa baru dan kalau perempuan, yang disiapkan mukena atau kerudung baru,” kata Firman.

Padahal, imbuhnya, di dalam menyambut Ramadan, umat Islam mestinya mempersiapkan diri agar tetap bersemangat di awal Ramadan dan di akhir Ramadan. Apalagi, pada hari-hari di akhir Ramadan, umat Islam dihujani pahala yang berlipat ganda dengan adanya lailatul qadar.

Menurut Firman, yang penting dijalankan yakni beribadah seperti memperbanyak salat sunah dan membaca Alquran. Faktanya, banyak orang ketika tarawih memilih-milih, masjid atau musala yang cepat tarawihnya.

“Sayangnya, kalau sudah-sudah akhir Ramadan, masjid dan musala tidak didatangi. Sepi karena jemaahnya semakin sedikit. Mal-mal yang didatangi. Tarawih pada awal-awal Ramadan penuh tapi begitu 20 hari terakhir jemaahnya mulai habis,” lanjutnya.

Mbah Barid berharap umat muslim menghormati Ramadan. Setahun hanya ada satu bulan Ramadan. Untuk itu,
apabila ada ajakan bersih-bersih masjid, supaya ikut berpartisipasi.

“Selain itu, kalau mau padusan silakan, enggak padusan juga enggak apa-apa. Yang penting puasanya, salat lima waktu ditetepi. Puasa itu tidak ragat. Yang penting berpuasalah seperti Nabi Muhammad,” ujarnya.

Dia menyampaikan firman Allah QS Al Bayyinah ayat 7 yang artinya,”Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.”

Ditambahkannya, jika mampu mengerjakan puasa di bulan Ramadan, maka supaya dilaksanakan. Namun, apabila
karena kondisi tertentu seperti sudah tua dan tidak kuat agar membayar fidyah bagi orang fakir miskin.

Terpisah, pengajar Ponpes Ar Royyan, Hatta Syamsuddin menyampaikan tentang maraknya tarhib menjelang
Ramadan. Tarhib berasal dari kata rohaba–yurohhibu artinya menyambut. Dia mengemukakan jika tidak mengenal dengan Ramadan, menyambutnya pun akan biasa-biasa saja.

“Sambut Ramadan, modal utama bergembira dulu,” imbuh Hatta pada pengajian yang bertemakan Happy Ramadan
di Musala Al Hijrah di Griya Solopos, Selasa (17/7/2012).

Penulis dan trainer motivasi keislaman dan keluarga romantis itu menyebutkan firman Allah SWT QS Al Hajj ayat 32,”Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”  Sehingga, barangsiapa yang mengagungkan syiar Ramadan menjadi bukti ketakwaan masih ada.

Dia mengatakan di dalam memaknai senang menyambut Ramadan, antara anak-anak dengan mereka yang sudah
dewasa tentunya berbeda. Alasan anak-anak senang di antaranya karena bisa main petasan dan pulang sekolah lebih awal. Bagi umat Islam, saat Ramadan gairah keislaman meningkat, dosa-dosa kecil berguguran dan setan dibelenggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya