SOLOPOS.COM - Tim SAR melakukan pencarian terhadap ABG yang terjun dari Jembatan Tangkisan, Sukoharjo, Jumat (26/8/2022). (Istimewa)

Solopos.com, SUKOHARJO — Seorang anak baru gede (ABG) berinisial ND yang terjun dari Jembatan Tangkisan, Desa Tangkisan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, ditemukan meninggal dunia oleh tim pencari pada Jumat (26/8/2022) sekitar pukul 11.40 WIB. Jasad siswi berusia 13 tahun itu ditemukan di Juwiring, Kabupaten Klaten, atau sekitar empat setengah kilometer dari titik lokasi hilang.

“Sudah ditemukan sekitar pukul 11.40 WIB di Juwiring, Klaten lebih kurang empat setengah kilometer. Evakuasi dilakukan secara bergantian oleh sukarelawan. Menggunakan perahu karet empat unit hingga beberapa personel menggunakan pelampung menyisir ke beberapa area pemukaan sungai,” kata Kapolsek Tawangsari, AKP Daryanta, Jumat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan informasi yang diterima dari saksi, Daryanta mengatakan korban tidak pernah ada permasalahan atau cekcok dengan keluarga. Namun enam bulan lalu korban dikabarkan pernah kesurupan dalam kegiatan sekolah. Usai kejadian itu korban sempat melakukan hal-hal aneh.

Berdasarkan hasil pemeriksaan luar dari RS Ir Sukarno Sukoharjo tidak ada tanda-tanda kekerasan yang ditemukan dalam tubuh korban. Posisi korban saat ini sudah selesai diperiksa, rencana akan disemayamkan di Kenep dan akan di makamkan di Klaten. Keluarga menerima hasil pemeriksaan tersebut.

Baca Juga: ABG Terjun dari Jembatan Tangkisan Tawangsari Ditemukan Meninggal Dunia

Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, membeberkan kronologi kejadian pada Kamis lalu. Berdasarkan keterangan dari ibu korban, W, 47. Sebenarnya korban tidak memiliki keinginan untuk membeli sesuatu.

“Bahkan saat sang ibu menikah lagi dengan sang ayah tiri S, 61, pada 2019 lalu tidak ada masalah antara ketiganya. Korban juga tidak pernah bercerita terkait persoalan percintaan,” jelas Kapolres.

Namun, korban diceritakan pernah kesurupan pada saat kegiatan di dekat Pasar Pondok Gempol. Hal itu terjadi kurang lebih enam bulan lalu sebelum kejadian. Setelah itu sifat korban berubah. Korban menjadi sering melamun, bahkan jika tidur hanya memakai lampu penerangan dari lilin.

Baca Juga: Polisi Janji Usut Tuntas Kasus Dugaan Penganiayaan di UIN Surakarta

“Korban sudah berpamitan pada Rabu [24/8/2022], kalau keesokan paginya akan ada kegiatan sekolah di alun-alun,” katanya.

Kabur dari Sekolah

Korban berangkat sekolah pukul 06.45 WIB. Pada hari yang sama dalam kejadian itu, korban dan teman-temannya diminta datang untuk menonton kegiatan di alun-alun. Tetapi, korban menolak untuk ikut dan malah kabur dari sekolah dengan alasan dan tujuan yang tidak jelas. Atas penolakan itu tas korban diantar pulang oleh salah seorang gurunya sekitar pukul 09.30 WIB.

Guru tersebut menyampaikan kepada ibu korban, anaknya tidak mengikuti kegiatan di alun-alun dan berada di kelas. Namun, saat ditinggal sebentar oleh sang guru, korban sudah tidak ada padahal anak-anak lain sudah berada di alun-alun.

Usai mendapat informasi itu ibu dan ayah korban ke sekolah menanyakan kepada guru lain. Namun mereka mendapat keterangan yang sama. Korban tidak ikut ke alun-alun tetapi juga tidak berada di sekolah.

Baca Juga: Ratusan Mahasiswa UIN Surakarta Bentangkan Bendera 1.000 Meter, Ada Apa?

“Kedua orang tua korban pergi mencari korban. Setelah berada di tanjakan Jembatan Tangkisan mereka bertemu dengan korban. Pada saat itu, kedua orang tua korban berboncengan di atas laju motor. Ibu korban turun dan merayu korban agar mau untuk pulang,” kata Kapolres.

Terjun dari Jembatan

Di saat yang sama Ayah korban memberi salam kepada korban, namun korban malah melotot dan langsung lari menuju ke pinggir Jembatan Tangkisan.

Kemudian sang ayah mengejar korban menggunakan motor sedangkan Ibu korban di bonceng oleh bidan dukuh, N, 27 yang kebetulan lewat.

Di pinggir jembatan tersebut, korban langsung mencopot rok dan sepatu. Korban masih memakai seragam sekolah lain yaitu training olahraga. Korban langsung terjun ke sungai dengan jarak ketinggian dari jembatan hingga permukaan air sungai sekitar delapan meter.

Baca Juga: Cari Pelaku Penganiayaan, Ratusan Warga Geruduk UIN Raden Mas Said Surakarta

Sementara keterangan lain dari guru disekolahnya, S, sebelum berangkat menuju alun-alun. Korban menangis dan tiduran di lantai. Namun karena sudah pukul 10.00 WIB, siswa lain segera dikumpulkan dan diberangkatkan ke Alun-alun Sukoharjo. Namun, korban tidak ikut dan tidak menjawab kemudian pergi dari sekolah tanpa berpamitan dengan guru yang ada di sekolah.

Dia juga menceritakan korban sering kabur dari sekolah tanpa alasan yang jelas. Meski secara penampilan dan pembelajaran korban masih bagus, namun psikisnya sedikit kurang stabil.

“Korban dikabarkan pernah pergi sampai di Pondok, Grogol sekitar satu bulan lalu. Pada saat pelajaran korban sempat lari hingga dikejar salah seorang guru hingga di Kali Mati di pojok Tangkisan. Kemudian oleh gurunya sudah di awa ke sekolah, sampai ke sekolah korban lari lagi,” ujarnya.



Baca Juga: New Xpander Cross Miliki Fitur Canggih AYC & ASC, Apa Fungsinya?

Kapolres menyampaikan, guru bimbingan koseling korban, D, mengatakan korban pernah bercerita kepada kepala sekolah katanya dijauhi teman-temanya. Namun saat ditanyakan kepada beberapa temannya, hal itu tidak benar.

Salah seorang temannya yang juga dekat dengan rumah korban, setiap malam dihubungi untuk datang ke rumahnya. Tetapi teman-temannnya tidak datang karena takut. Mengingat saat tidur, korban selalu memakai lilin saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya