SOLOPOS.COM - Lokasi lahan di Dukuh Tawang, Desa Sidorejo, Kemalang yang ditambang Narso, 56, warga setempat bersama anak serta menantunya, Selasa (26/4/2016). Anak dan menantu Narso yang merupakan perempuan meninggal dunia setelah tertimpa material berupa pasir dan batu. (Taufik Sidiq/JIBI/solopos)

Pertambangan di Klaten kembali memakan korban.

Solopos.com, KLATEN – Seorang penambang pasir manual di lereng Gunung Merapi, yakni di Balerante, Kemalang, tewas setelah tertimpa longsor, Sabtu (12/11/2016) pukul 07.00 WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kasus tewasnya penambang manual di Kemalang sudah terjadi dua kali hingga menjelang pertengahan November 2016.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, penambang manual yang meregang nyawa di Balerante, yakni Beni Harno Utomo, 60, warga Trayu, Kendalsari, Kemalang. Semula, Beni menambang pasir di Kali Woro bersama dua temannya, Paimin Amin Rahman, 38, warga Bumiharjo, Kemalang dan Parwono, 39, warga Bumiharjo, Kemalang.  Lokasi penambangan pasir itu di bawah tebing setinggi 12 meter.

Sewaktu ketiga penambang pasir itu sibuk menambang pasir, tebing di belakang mereka berjarak tiga meter dengan ketinggian 12 meter longsor. Beni yang tak sempat menghindari musibah longsor itu langsung tertimbun longsoran.

Sedangkan, Paimin dan Parwono bisa melarikan dari dari reruntuhan pasir dan bebatuan. Akibat tertimbun longsoran, kondisi korban penuh dengan luka.

“Korban mengalami luka di dahi kiri, luka lecet di atas mata kanan, luka di pipi bagian kiri, luka robek di atas mata kiri, luka robek di depan telinga bagian kanan, luka di kepala bagian belakang, luka lecet di bibir atas, luka lecet di kaki kiri, luka lecet di lengan kanan dan kiri, luka lecet di bagi kiri, patah tulang di lengan kiri, dan luka lecet di atas lutut bagian kanan dan kiri,” kata Kapolsek Kemalang, AKP Nurwadi, mewakili Kapolres Klaten, AKBP M. Darwis, kepada Solopos.com, seusai kejadian.

AKP Nurwadi mengatakan begitu evakuasi rampung, jasad korban langsung di bawa ke rumah duka untuk dimakamkan. Di hadapan aparat keamanan, keluarga mengaku sudah pasrah dengan kejadian ini.

“Kejadian ini murni musibah. Jenazah sudah dimakamkan hari ini juga [kemarin],” katanya.

Camat Kemalang, Pri Harsanto, mengaku langsung menerima laporan tewasnya seorang penambang di lereng Gunung Merapi tersebut. Guna menghindari kejadian serupa, para penambang diimbau untuk berhati-hati.

“Lantaran keluarga sudah pasrah, keluarga tak akan menuntut kepada siapa pun atas kasus ini,” katanya.

Hal senada dijelaskan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Bambang Giyanto. Kejadian tewasnya seorang penambang pasir di Kemalang itu harus menjadi peringatan bagi penambang lainnya agar memperhatikan lokasi penambangan saat beraktivitas.

“Sebelum kejadian ini juga ada di awal November lalu [korban Jeminah, 45, warga Sidorejo, Kemalang yang tertimpa longsor saat menambang di Kali Woro, Kamis (3/11)]. Kami meminta para penambang agar tidak mengabaikan keselamatan diri. Sering kali, penambang di Kemalang menantang risiko karena hasil pertambangan itu lumyana, yakni bisa mencapai Rp250.000 per orang per hari,” katanya.

Kepala BPBD Jateng, Sarwa Pramana, menyayangkan masih adanya penambang manual yang tewas di Kemalang. Di berbagai kesempatan saat bertemu dengan warga di Kemalang, BPBD Jateng selalu mengimbai penambang pasir untuk memperhatikan tebing di sekitar Kali Woro.

“Yang terpenting silakan diatur [jangan sampai membahayakan diri sendiri,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya