Writing-contest
Jumat, 15 Januari 2021 - 00:00 WIB

Ternyata QRIS Masih Belum Diketahui Milenial, Simak Faktanya!

Ovie Syifa Salsabila,salma Adji Safitri  /  Sma Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ovie Syifa Salsabila,Salma Adji Safitri/SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta

Perubahan di segala bidang kehidupan pasti terjadi seiring berjalannya waktu. Kita sedang hidup di zaman milenial, era dimana transformasi, digitalisasi, dan simplifikasi merupakan kunci utamanya. Tak beda halnya dengan sistem perekonomian di Indonesia yang terus mengalami pembaruan. Seperti penggunaan uang fisik dalam kehidupan sehari-hari yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat, kini semakin berkurang karena hadirnya uang giral. Kemajuan teknologi yang pesat melahirkan berbagai inovasi yang dulu hanya menjadi angan-angan semata. Sekarang kita tidak perlu khawatir jika keluar rumah tanpa membawa dompet dan uang, cukup membawa smartphone dan semua masalah pembayaran dapat terselesaikan.

Melalui teknologi Quick Response Code (QR Code) para penyedia layanan pembayaran nontunai berlomba-lomba untuk memudahkan penggunanya untuk melakukan transaksi keuangan menggunakan smartphone. Selain mempermudah, QR code ini juga mempercepat proses pembayaran karena informasi yang ada dalam kode dibaca langsung oleh sistem secara cepat melalui pemindaian.

Advertisement

Tetapi sebelumnya, penyedia layanan keuangan digital di Indonesia belum sepenuhnya berkaitan. Kita ambil contoh salah satu aplikasi dompet digital di Indonesia yakni Dana. Pengguna aplikasi Dana tidak bisa melakukan transaksi pada toko yang menggunakan QR code dari aplikasi OVO, begitupun sebaliknya. Hal ini mengharuskan setiap orang mempunyai berbagai macam QR code untuk setiap transaksi dan ini dianggap tidak efisien.

Hadirnya QRIS Memudahkan Transaksi

Advertisement

Hadirnya QRIS Memudahkan Transaksi

 

Untuk menjawab ketidakefisienan tersebut, Bank Indonesia membuat suatu standar QR code pembayaran yang berlaku untuk semua sistem pembayaran digital berbasis QR code di Indonesia yang disebut QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard). Dengan satu QR code, pengguna dapat menggunakan satu akun untuk semua sistem pembayaran nontunai/uang digital. Peluncuran QRIS ini merupakan salah satu implementasi visi Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 yang telah dirancang sejak Mei 2019 lalu.

Advertisement

Dengan adanya QRIS, para pelaku jual beli serta sistem ekonomi di Indonesia mengalami kemudahan dan keuntungan, sesuai dengan semangat UNGGUL (Universal, Gampang, Untung, Langsung) yang digaungkan oleh Bank Indonesia untuk mempromosikan QRIS. Merchant tidak perlu lagi mendaftar akun di setiap PJSP yang dipakai untuk memperoleh QR code, cukup mendaftar QRIS untuk mendapatkan satu QR code yang dapat menerima transaksi dari semua Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) yang telah terdaftar.

Disamping itu, penjual/merchant tidak perlu menyiapkan kembalian ataupun memasukkan uang hasil jualan ke bank karena pembayaran yang dilakukan dengan QRIS langsung terkirim ke rekening penjual /merchant tersebut. Dengan berbagai kelebihan tersebut, peredaran uang palsu semakin berkurang dan efisiensi ekonomi dapat dicapai.

Pengetahuan Masyarakat tentang QRIS

Dibalik berbagai kelebihan dan hasil positif yang ditawarkan oleh Bank Indonesia dan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dengan hadirnya QRIS, tampaknya pengetahuan masyarakat tentang QRIS masih terbilang kurang. Berdasarkan quick survey yang telah kami lakukan di akun Instagram pribadi dengan 84 responden, 75% memilih menggunakan pembayaran cash daripada pembayaran digital.

Advertisement

Artinya, ketertarikan masyarakat untuk beralih ke pembayaran digital masih kurang. Sedangkan 76% dari 84 responden tidak mengetahui apa itu QRIS. Padahal, mayoritas dari mereka adalah generasi milenial, sedangkan Bank Indonesia mengharapkan generasi milenial dapat menjadi endorser QRIS dalam proses sosialisasinya.

Penggunaan pembayaran secara digital sebenarnya sudah menjamur di Indonesia. Selama periode Januari-Juli 2020, nilai transaksi uang elektronik bulanan mencapai Rp 16,7 triliun. Angka ini meningkat 59% dibandingkan rata-rata transaksi pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Dibalik peningkatan ini, banyak masyarakat yang masih kurang paham apa itu QRIS dan bagaimana sistemnya. Sejalan dengan cuitan yang ditulis oleh akun @rahadyan, ia mengatakan bahwa banyak toko atau merchant yang masih tidak paham bahkan tidak mengetahui adanya QRIS. Bank Indonesia dinilainya kurang dalam melakukan sosialisasi, padahal sistemnya sudah bagus.

Jika hal ini masih banyak terjadi, artinya sosialisasi yang dilakukan sepertinya masih kurang dan belum sejalan dengan fakta yang ada di lapangan. Maka dari itu, kami berinisiatif membantu untuk mengenalkan Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS kepada masyarakat Indonesia, agar pembayaran digital lebih diminati dibandingkan pembayaran secara tunai. Menilik kondisi saat ini, kita diwajibkan untuk menjaga kebersihan diri sendiri dan meminimalisir menyentuh benda yang dinilai memiliki banyak bakteri, salah satunya adalah uang. Uang dinilai dapat menyebarkan virus Covid-19 secara tidak langsung, sehingga mau tidak mau kita harus beralih ke pembayaran digital atau nontunai untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19.

Advertisement

Kami sebagai generasi milenial, mengajak para pembaca untuk mengurangi penggunaan uang tunai dan beralih ke pembayaran nontunai. Selain untuk mencegah meluasnya persebaran virus Covid-19, melakukan pembayaran nontunai dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan pula, karena uang terbuat dari kertas yang mana bahan bakunya berasal dari pohon atau kayu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif