SOLOPOS.COM - Tili, 35, (tengah) bersama keluarga di rumahnya di Dukuh Pondok RT 019, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Sragen, Senin (21/2/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SRAGEN — Pria asal Sragen, Tili, 35, menjadi perbincangan setelah berhasil menyelamatkan buaya berkalung ban di Sungai Palu, Palu, Sulawesi Tengah. Ternyata, Tili memiliki sebuah rahasia agar buaya tersebut tak ngamuk saat diselamatkan.

Buaya berkalung ban itu kali pertamamuncul pada 2016 silam dan mendapat sorotan media internasional. Sejumlah ahli satwa berupaya untuk menyelamatkan buaya tersebut dengan melepas ban, namun tak pernah berhasil.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baru pada beberapa waktu lalu, Tili berhasil melakukannya. Buaya berkalung ban itu berhasil diselamatkan dengan cara memakai umpan serta tali. Ada sekitar empat orang yang membantu Tili menarik buaya ke tepi sungai. Selanjutnya buaya itu dilepas setelah ban yang melingkar di lehernya diambil.

Baca Juga: PPKM Level 3 Soloraya, Sragen Akan Terapkan PTM 50 Persen Pekan Depan

Tili mengklaim mudah memberikan umpan kepada buaya namun ternyata sejumlah orang belum berhasil mendapatkan buaya serta menyelamatkannya. Salah satu penyebabnya diduga buaya tersebut bisa membaca hati seseorang.

Adapun cara Tili berkenalan dengan buaya berkalung ban dengan meminum air sungai saat kali pertama melakukan upaya penyelamatan. “Minum sekali saja supaya kenal, supaya enggak disakiti,” jelasnya.

Dia melakukan penyelamatan buaya selama tiga pekan mulai pukul 15.00 WIB. Waktu tersebut dipilih karena buaya biasanya mencari makan pukul 16.00 WIB. Tili beberapa kali memberikan umpan lalu berenang di dekat buaya tersebut. Sementara buaya tidak menganggu atau menyakitinya.

“Semua orang tidak ada yang berani dengan buaya. Saya sebenarnya takut juga kasih makan buaya. Jadi berani kan tergantung niatnya,” jelasnya.

Baca Juga: Minyak Goreng Harga Rp15.000/Liter Ludes Diserbu Emak-Emak di Sragen

Tili mengatakan Sungai Palu merupakan habitat buaya muara sehingga ada beberapa buaya lainnya selain yang berkalung ban tersebut. Buaya berjemur menjadi tontonan yang biasa bagi warga setempat.

Dia mengatakan terkadang orang kerap mengganggu buaya saat berjemur, antara lain dengan cara melempar barang. Biasanya orang yang mengganggu buaya bukan warga setempat. “Binatang itu baik,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya