SOLOPOS.COM - Kereta Uap atau Sepur Kluthuk Jaladara kembali melintasi rel membelah Jl. Slamet Riyadi, Solo, Jumat (29/10/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Transportasi publik di Kota Solo, terutama yang digunakan untuk wisata, dinamai dengan nama tokoh pewayangan. Ada Jaladara, Bathara Kresna, Gatotkaca, dan Werkudara.

Nama-nama itu sengaja dipilih agar masyarakat tak lupa dengan ketokohan mereka, sekaligus memahami filosofinya. Sepur Kluthuk Jaladara diresmikan pada 27 September 2009 menggunakan Lokomotif Uap C1218 buatan Jerman pada 1896.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mulai 6 Februari 2021, sepur kluthuk ini menggunakan Lokomotif Uap D1410 buatan Jerman pada 1921. Kereta ini beroperasi apabila disewa oleh wisatawan. Rutenya dari Stasiun Purwosari ke Stasiun Solo Kota.

Baca Juga: Tarif Rp3,5 Juta Sekali Trip, Ini Cara Reservasi Sepur Kluthuk Jaladara

Nama Jaladara pada transportasi publik wisata Solo diambil dari kisah pewayangan dalam lakon Mahabarata. Dalam roman itu, Jaladara adalah kereta milik Prabu Kresna yakni Kyai Jaladara.

Kereta Kyai Jaladara disebut sebagai kereta dewa karena memiliki kemampuan terbang. Kereta itu pula yang digunakan Prabu Kresna untuk naik ke kerajaan Hastinapura.

Sedangkan Bathara Kresna digunakan menjadi nama railbus yang beroperasi di rute Solo Purwosari-Wonogiri. Kali pertama beroperasi pada 5 Agustus 2012 dan sempat terhenti beberapa kali, hingga akhirnya kembali berjalan sampai saat ini.

Baca Juga: Ini Harga dan Cara Pesan Tiket KA Batara Kresna Solo – Wonogiri

Nama Bathara Kresna pada transportasi publik Solo ini dipilih karena ketokohannya dalam bertugas menyelamatkan dunia dan menegakkan kebenaran setelah perang di Kurukshetra. Filosofi di balik nama itu pula yang diambil untuk Bus Meeting Gatotkaca dan Bus Tingkat Werkudara.

Mengedukasi Masyarakat

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo, Hari Prihatno, mengatakan filosofi ketokohan wayang-wayang itu juga diselipkan di badan bus Batik Solo Trans (BST) dalam bentuk wayang orang.

“Kami ingin melestarikan budaya Jawa, utamanya Solo. Kami juga ingin mengedukasi masyarakat, ini yang namanya Punakawan, Gatotkaca, Werkudara, dan sebagainya,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Selasa (15/2/2022).

Baca Juga: Bus BST Solo, Ini Jadwal, Rute, Tarif dan Cara Naiknya

Awalnya, Hari ingin menempelkan gambar wayang kulit pada sarana transportasi publik Solo tersebut. Tapi akhirnya memilih wayang orang karena mereka juga masih kerap tampil di GWO Sriwedari yang usianya sudah seratus tahun.

Hari melanjutkan nama Batik Solo Trans juga dipilih bukan tanpa alasan. Solo telah dikenal sebagai salah satu kota penghasil batik terbesar di Indonesia. Pemkot ingin agar BST tak sekadar menjadi transportasi massal perkotaan tapi juga menggambarkan identitas kota.

Baca Juga: Tarif Sewa Bus Gatotkaca di Solo Rp2 Juta/3 Jam, Berminat?

Itu lah sebabnya, badan BST maupun angkutan pengumpan bergambar batik. “Kami bahkan berencana menambahkan ornamen batik di ruang di belakang halte-halte yang baru dibangun. Kami akan meminta masukan dari akademisi, motif batik mana saja yang asli bikinan Solo,” bebernya.

Kini, Dishub memiliki tugas baru untuk mencarikan nama kendaraan listrik yang rencananya mengambil nama dari jejamuan asli Jawa sesuai keinginan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya