SOLOPOS.COM - Gatot Nurmantyo sempat mengunggah himbauan di Instagram. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA -- Sejumlah pihak bersuara terkait kisruh yang terjadi di Partai Demokrat. Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo mengaku pernah ditawari menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Caranya, dengan menggulingkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)  melalui kongres luar biasa (KLB).

Namun tawaran itu ditolak Gatot. Salah satunya karena faktor Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ayah AHY.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Banyak yang bertanya kepada saya, bapak juga digadang-gadang menjadi Ketum Demokrat. Ya saya bilang siapa sih nggak mau, partai dengan 8% [suara], besar, pernah ngangkut kepada Presiden. Ada juga yang datang kepada saya. Datang, 'Wah menarik juga, gimana prosesnya?' 'Begini Pak nanti kita bikin KLB', 'KLB terus gimana?' 'Nanti dilakukan adalah kita mengganti AHY dulu, mosi tidak percaya, AHY turun'. 'AHY turun baru pemilihan, bapak pasti deh nanti begini-begini'. 'Oh begitu ya?'" kata Gatot kepada detikcom, Senin (8/3/2021).

Baca juga: Kisruh Partai Demokrat: Kubu AHY dan Moeldoko Akan Datangi Kemenkum HAM Hari ini

Ekspedisi Mudik 2024

Menanggapi tawaran itu, Gatot mengungkit jabatan yang pernah diamanahkan SBY kepadanya. Saat itu, SBY memintanya menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).

"Saya bilang, 'Menurunkan AHY? Gini loh, saya bisa naik bintang satu, bintang dua, taruhlah itu biasalah. Tapi begitu saya bintang 3 itu presiden pasti tahu. Kemudian jabatan Pangkostrad pasti presiden tahu, apalagi presidennya tentara waktu itu Pak SBY. Tidak sembarangan. Bahkan saya Pangkostrad dipanggil oleh SBY ke Istana, 'Kamu akan saya jadikan Kepala Staf Angkatan Darat'. Saya bilang 'Terima kasih atas penghargaan ini dan akan saya pertanggungjawabkan'. 'Laksanakan tugas dengan profesional, cintai prajuritmu dan keluargamu dengan segenap hari dan pikiranmu'. Itu aja selamat, beliau tidak titip apa-apa, tidak pesan yang lainnya lagi," jelas dia.

Dipercaya 2 Presiden

Gatot mengatakan dirinya diberikan jabatan oleh dua presiden. Presiden ke-6 RI, SBY dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Gatot menyebut tidak mau menerkam orang yang pernah memberikan kepercayaan kepadanya.

"Maksud saya begini, apakah iya saya dibesarkan oleh 2 presiden, satu Pak Susilo Bambang Yudhoyono, satu lagi Pak Jokowi. Terus saya membalasnya dengan mencongkel anaknya? Ini kan ya sekarang ya lagi viral, puma menerkam orang utan, begitu anaknya nggak jadi dimakan, anaknya diangkat sama dia dibawa sama dia, diamankan, binatang itu," kata dia.

Baca juga: Anggap KLB Diselenggarakan GPK, Demokrat Jateng Nyatakan Perang

"Lalu nilai-nilai apa yang akan saya berikan pada anak saya? Waduh itu anak nggak beradab tuh, waduh itu nggak beradab tuh, udah jadikan KSAD sama ini, anaknya menjabat digantiin karena dia ambisi untuk yang lebih besar lagi," kata dia.

Gatot Nurmantyo tidak menjelaskan lebih jauh soal siapa pihak yang mengajaknya untuk menggulingkan AHY. Dia memilih menolak tawaran KLB Demokrat karena moral dan etika.

"Saya bilang saya terima kasih, tetapi moral etika saya tidak bisa menerima dengan cara seperti itu. Akhirnya, 'Pak kan...' Udah-lah, nggak usah dibaca lagi saya bilang," jelasnya.

Komentar Rocky Gerung

Sementara itu, pengamat politik Rocky Gerung menyoroti pengakuan Gatot lalu membandingkannya dengan Moeldoko yang belum lama ini ditetapkan sebagai ketua umum PD lewat KLB di Deli Serdang.

Melalui akun Youtube-nya, Minggu (7/3/2021), Rocky Gerung mengkritik keras etika politik Moeldoko. "Paling tidak, ada yang etis. Moeldoko dibesarkan oleh SBY tapi mengudeta anaknya. Kalau mau, (Moeldoko harusnya) kudeta SBY waktu itu. Pak Gatot Nurmantyo ngerti etika politik. Pemimpin itu harus mengerti etika politik," kata Rocky.

"Senang Gatot Nurmantyo akhirnya berkomentar. Orang tunggu Gatot Nurmantyo karena dia tokoh yang diincar istana, tapi dia mampu membaca negara ini defisit dalam etika politik. Moeldoko defisit paling besar," sambungnya tegas.

Baca jug: Ketua Demokrat Pekalongan Juga Disogok Dukung Putra Jokowi

Rocky Gerung kemudian mengungkit keberadaan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang 2020 lalu sempat menggema dan salah satunya dideklarasikan oleh Gatot Nurmantyo. "KAMI yang dipimpin Gatot Nurmantyo mengembalikan moral publik, etika publik, (itu) yang harus kita banggakan," tukasnya.

Sama-sama pernah menduduki jabatan tinggi di TNI, tetapi sikap Gatot Nurmantyo dan Moeldoko menurut Rocky Gerung sangat berbeda. Kata dia, etika keprajuritan Moeldoko tiba-tiba lenyap. Berbeda dengan Gatot Nurmantyo yang dipujinya karena teguh dengan prinsip dan enggan terbawa permainan politik.

"Padahal sama-sama mantan Panglima TNI, dididik di dalam etika keprajuritan yang punya intergritas. Tapi mengapa yang masuk istana etika keprajuritan tiba-tiba lenyap," paparnya menyindir Moeldoko.

"Sementara Gatot Nurmantyo yang justru diincar istana gak mau menyerah dalam etika keprajuritan. Beliau ngerti prinsip kesaptamargaan. Bahwa harus lurus tidak boleh menjadi permaian politik," tandas Rocky Gerung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya