SOLOPOS.COM - Ilustrasi Keracunan (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, SRAGEN — Sebagai menu masakan yang banyak mengandung sayuran, sega atau nasi gudangan mestinya menyehatkan. Namun, keterlambatan dalam penyajian menu masakan ini bisa mengakibatkan sega gudangan menjadi beracun.

Sebanyak 11 orang warga Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah yang mengalami keracunan massal saat menyantap bancakan wetonan Sura sudah pulang ke rumah masing-masing pada Sabtu (27/8/2022).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebelumnya, belasan warga tersebut sempat mendapatkan perawatan di Klinik Naura Medika Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Di sisi lain, Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen telah mengambil tiga sampel dan sudah dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jateng di Semarang.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, Hargiyanto, menerangkan dalam penanganan kasus keracunan itu yang penting penanganan kedaruratan karena muncul gejala diare, muntah, dan demam. Dia menjelaskan penanganan kedaruratan sudah dilakukan dengan merawat 11 orang itu ke klinik kesehatan.

Baca Juga: Kasus Warga Keracunan Sega Gudangan Juga Pernah Terjadi di Karangmalang Sragen

Setelah kedaruratan tertangani, kata dia, DKK melakukan surveilans untuk mengetahui penyebab keracunan. “Dalam surveilans itu kami datang ke lokasi di Dukuh Ngrombo dan mengambil sampel air maupun makanan. Sampel itu diuji di laboratorium Semarang. Untuk pasien yang dirawat, Sabtu sudah pulang karena kalau sudah muntah dan diare biasanya 2-3 hari sudah sembuh,” jelasnya.

Dia menduga penyebab keracunan itu karena kesalahan dalam memasak menu makanan maupun dalam penyajian. Bisa jadi bahan yang digunakan saat mengolah bancakan itu ada yang tidak tahan lama. Biasanya, lanjutnya, warga memasak makanan itu pada pagi hari namun baru disajikan pada malam hari. Keterlambatan dalam penyajian itu bisa berakibat fatal seperti terjadinya keracunan massal setelah menyantap makanan ini.

Dia mencontohkan acara hajatan maupun halalbihalal. Ada kalanya, penyajian makanan dilakukan pada malam hari walau kegiatan memasak dimulai pagi hingga siang. Setelah penyebab diketahui, ujar dia, DKK Sragen akan menindaklanjuti dengan penyuluhan kesehatan ke tingkat RT. Penyuluhan itu bertujuan mengedukasi masyarakat tentang bagaimana menjaga makanan yang baik dan higienis.

Baca Juga : Keracunan Massal di Celep Sragen: DKK Ambil Sampel Bumbu Gudangan dan Tanah

“Semua pasien keracunan massal sudah pulang ke rumah masing-masing. Dan sampel yang diambil sudah dikirim ke laboratorium di Semarang. Kejadian itu belum kejadian luar biasa. Untuk pencegahan supaya dalam penyajian makanan harus terjamin kebersihan,” ujar Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, saat dihubungi Solopos.com lewat WhatsApp, Sabtu siang.

Diberitakan sebelumnya, tim DKK Sragen mengambil sampel bumbu gudangan berbahan parutan kelapa, tanah yang digunakan mengolah daun pepaya supaya tidak pahit, dan air untuk memasak gudangan pada Jumat (26/8/2022) petang.

Sekretaris DKK Sragen, Fanni Fandani, menyampaikan sampel air akan diuji di Labkesda DKK Sragen, tetapi akhirnya seluruh sampel dibawa ke Labkesda Provinsi Jateng. Dia menjelaskan alat di Labkesda DKK Sragen belum bisa untuk penegakan jenis bakteri.

Baca Juga : Waduh! 11 Warga Celep Sragen Keracunan Massal seusai Makan Nasi Bancakan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya