Solopos.com, LAMONGAN — Pecel lele Lamongan adalah makanan favorit banyak orang di Indonesia. Tapi, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa dalam sepiring makan tersebut tidak ada pecel yang disajikan?
Jika Anda membayangkan makanan ini disajikan dalam bentuk lele goreng dengan sayur pecel lengkap berbumbu kacang, maka anggapan itu salah besar. Dalam seporsi makanan ini berisi sambal, lele goreng, beserta lalapan. Lalu di mana letak pecelnya?
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Baca juga: Kenapa Warga Asli Lamongan Dilarang Makan Lele? Ini Jawabannya
Seorang warga asli Lamongan, Jawa Timur, Baihaqi, mengatakan, nama makanan pecel lele berawal dari pecek lele. Dalam dialek Lamongan, pecek adalah cara menghidangkan makanan dengan dipenyet atau digeprek, kemudian diberi sambal.
“Pecek itu cara menyajikan hidangan dengan dipenyet pakai sambal. Entah kenapa lama-lama penyebutannya jadi pecel,” jelas Baihaqi kepada Solopos.com, Kamis (17/3/2022).
Berdasarkan penelusuran Solopos.com, konon penamaan pecel lele ini terjadi karena pecek mirip dengan kuliner Betawi, pecak yang berupa ikan air tawar goreng atau bakar yang disiram dengan kuah santan. Guna menghindari kemiripan itulah lantas makanan dari Lamongan ini disebut sebagai pecel lele.
Baca juga: Kisah Nyi Lurah di Balik Larangan Makan Ikan Lele Bagi Warga Lamongan
Mitos Pantangan Makan Lele
Lele merupakan ikon Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Namun, yang perlu Anda ketahui, warga asli Lamongan justru jarang menyantap ikan air tawar ini. Bahkan ada mitos yang berisi larangan bagi warga asli Lamongan mengonsumsi lele. Kenapa ya?
Pantangan ini ternyata berasal dari kisah masa lalu yang diceritakan secara turun-temurun kepada masyarakat. Mitos bahwa orang Lamongan dilarang mengonsumsi ikan lele memilliki kisah dengan berbagai versi.
Salah satu versinya berasal dari sosok Nyi Lurah yang merupakan kerabat dari salah satu Wali Songo, Sunan Giri. Dikutip dari laman resmi IAIN Kediri, Kamis (17/3/2022), kisah bermula saat Nyi Lurah meminjam keris kepada Sunan Giri.