Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Kabupaten Gunungkidul mempertanyakan nasib para PKL selama proses penataan wajah kota dari Bundaran Siyono, Logandeng, Playen hingga Kranon di Kalurahan Kepek, Wonosari, Gunungkidul. Selama pengerjaan penataan wajah kota itu, para PKL ini terkena dampaknya.
Hal ini disampaikan saat Sosialisasi Pelaksanaan Pembangunan Jalan Ruas Siyono-Baleharjo Tahap 1 di Kalurahan Logandeng, Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Kamis (22/9/2022).
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Ketua APKLI Gunungkidul, Ade Jumino, mengatakan selama pengerjaan proyek tersebut ada puluhan PKL yang terkena dampaknya. Pedagang tidak bisa berjualan di lokasi yang selama ini digunakan karena terkena pembangunan.
“Praktis mereka tidak bisa berjualan. Terus, kami mau ke mana?” kata Jumino.
Baca Juga: DJP Ungkap Modus Pengemplangan Pajak di Jogja yang Rugikan Negara Rp100 Miliar
Dia mengungkapkan sesuai dengan pemaparan dari rekanan yang mengerjakan, proyek pembangunan akan berlangsung selama 103 hari. Selama waktu itu, pedagang tidak bisa berjualan.
Oleh karena itu, ia meminta kompensasi sehingga para pedagang tidak merasa dirugikan.
“Kalau boleh ada bantuan atau apalah sehingga pedagang tidak mengganggur,” katanya.
Keluhan terhadap rencana pembangunan wajah kota ini tidak hanya dirasakan oleh PKL. Lurah Kepek, Bambang Setiawan juga mengeluhkan hal yang sama.
Baca Juga: Sedih, 4 Ekor Kambing Milik Kakek-Kakek di Gunungkidul Mati Terbakar
Menurut dia, selama perencanaan pembangunan, kalurahan tidak pernah dilibatkan. Sementara, pada saat sosialisasi, ada rencana pembongkaran Tugu Lar Badak yang menjadi batas wilayah dengan Kalurahan Logandeng, Playen.
“Tugu Lar Badak juga memiliki filosofis karena menjadi ciri khas di Gunungkidul. Jadi, saya minta dalam pembangunan tidak meninggalkan filosofi yang sudah ada,” katanya.
Bambang tidak mempermasalahkan saat Tugu Lar Badak akan dibongkar. Ia hanya meminta dibangun kembali sebagai pengganti.
“Ya kalau tidak dibangun urusannya Lurah Kepek dengan Kepala DPUPRKP Gunungkidul. Saya akan mencari ke mana pun berada,” katanya.
Baca Juga: Wow! Barbuk Kasus Ngemplang Pajak di Jogja: Uang Rp12 M, 9 Jam & 32 Tas Mewah
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul Irawan Jatmiko menerima segala masukan dalam sosialisasi, termasuk adanya penolakan terkait dengan penggantian ikon kendang menjadi Tugu Tobong Gamping. Menurut dia, PKL tidak menerima kompensasi.
Meski demikian, pihaknya sudah berkomunikasi dengan rekanan yang mengerjakan untuk memfasilitasi menjadi pekerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
“Akan ditampung untuk bekerja selama pembangunan berlangsung,” katanya.
Terkait dengan Tugu Lar Badak, Irawan mengatakan akan melakukan kajian terlebih dahulu. Apabila terpaksa harus dibongkar, jawatannya siap membangun baru sebagai pengganti.
“Desain akan disesuaikan. Kalau perlu akan dibuat dengan model lobang di bawah untuk aktivitas pejalan kaki,” katanya.
Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Terdampak Penataan Wajah Kota di Gunungkidul, PKL Siyono Minta Kompensasi