Rsjihsolo
Rabu, 14 Desember 2022 - 13:54 WIB

Temui Korban Henti Jantung Jangan Panik, Lakukan Langkah Ini

Bayu Jatmiko Adi  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi henti jantung. (hellosehat.com)

Solopos.com, SOLO — Kasus henti jantung mendadak sering ditemui di masyarakat. Misalnya setelah olahraga, tersengat listrik atau tenggelam.

Kondisi henti jantung harus segera mendapat penanganan agar korban bisa diselamatkan. Pertolongan itu bisa dilakukan oleh siapapun asal dengan cara yang benar. Lalu seperti ap acara yang benar memberikan bantuan hidup dasar (BHD) itu?

Advertisement

Hal tersebut telah dibahas dalam Health Talk Rumah Sakit (RS) JIH Solo yang disiarkan di Youtube RS JIH Solo belum lama ini dengan narasumber Manager Keperawatan RS JIH Solo Purwoto, AMK., S. Pd., SE. MMR.

Pada Health Talk bertema Henti Jantung Mendadak, Apa yang Harus Dilakukan?, dia menjelaskan BHD adalah upaya untuk menyelamatkan pasien yang mengalami henti jantung mendadak. Jadi bantuan hidup dasar berfungsi untuk memulihkan kembali terkait dengan fungsi jantung dan paru.

“Prinsipnya, yang penting jangan sampai terlambat waktunya. Banyak kasus di lapangan setelah bermain tenis tiba-tiba tergeletak kemudian henti jantung. Karena masih awam, lalu di bawa ke rumah sakit. Kalau rumah sakitnya jauh akan terlambat,” kata dia.

Advertisement

Baca Juga: Stres karena Banyak Pekerjaan di Kantor, Ini Tips untuk Ibu Pekerja

Baca Juga: Jangan Khawatir, Operasi Ambeien Dapat Dilakukan Tanpa Nyeri

Ada golden time yang harus diperhatikan ketika muncul kasus henti jantung. Dia menjelaskan waktu yang menentukan itu adalah satu hingga 10 menit setelah terjadi henti jantung.

“Sebab pada waktu terjadi henti jantung mendadak, di satu menit pertama itu masih banyak fungsi organ yang bisa diselamatkan. Tapi kalau sudah 10 menit itu sudah mati biologis, sudah mulai ada kerusakan, sehingga untuk proses pemulihannya agak susah. Holden time, maksimal 10 menit harus sudah ada penolongnya,” jelas dia.

Advertisement

Sementara untuk tindakan dalam menolong orang yang mengalami henti jantung tersebut, menurutnya ada beberap tahapan yang harus diperhatikan.  Dia menjelaskan rumus yang dikenal dalam memberikan pertulungan kasus tersebut adalah rumus DRCAB.

Kalau yang sekarang menggunakan rumus DRCAB (Danger, Response, Circulation, Airways, Breathing).

Danger

Pada tahap ini amankan atau hindarkan korban dari dituasi berbahaya. “Bahkan jangan sampai nanti kita [penolong] menjadi korban berikutnya. Ada tiga danger, yakni aman penolongnya, aman korbannya, aman lingkungannya. Misalnya dalam kasus sengatan listrik,” kata dia.

Response

Langkah ini dilakukan dengan melakukan tepukan di kedua bahu korban sambil dilakukan rangsangan misalnya dengan memanggil-manggil korban. Dari rangsangan tersebut, sambil dilihat respons korban.

Advertisement

Jika korban tidak merespons, Langkah yang harus dilakukan adalah dengan meminta bantuan, bisa dari sekeliling kita. “Harus minta bantuan karena kita tidak mungkin akan menyelesaikan sendiri, entah di lapangan, di rumah sakit atau manapun. Bisa dari sekitar kita,” kata dia.

Baca Juga: Antisipasi Diabetes Melitus Sejak Dini, Perhatikan Faktor Risiko Ini

Circulation

Langkah ini adalah melakukan cek jantung korban, apakah berdenyut atau tidak. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan cek nadi karotis yang ada di leher. Untuk menemukan nadi tersebut bisa meraba pada sisi kiri atau kanan sekitar 1-1,5 cm dari posisi jakun. Namun untuk cek denyut jantung melalui nadi leher itu hanya dilakukan untuk korban usia dewasa, sedangkan pada korban usia anak dilakukan pengecekkan melalui nadi lengan.

Dari tindakan akan ada dua temuan yakni adanya denyut dan tidak. Ketika nadi korban berdenyut, maka dapat dilakukan langkah berikutnya yakni memastikan saluran pernafasan (airways)

Advertisement

Airways

Langkah ini dilakukan untuk memastikan saluran nafas korban, dari hidung hingga paru-paru. Namun menurutnya, perlu kehati-hatian dalam melakukan tindakan ini. “Saat melakukan ini ada dua kondisi yang perlu dipastikan, yakni korban mengalami trauma [benturan] atau tidak. Kalau ada benturan, harus curiga ada kelainan pada leher. Maka pada waktu akan membebaskan jalan nafas, harus hati-hati saat mau merubah posisi kepala korban,” jelas dia.

Langkah pertama pembebasan jalan nafas adalah dengan menengadahkan dagu korban kemudian membuka mulutnya. Pasatikan tidak ada sumbatan pada rongga mulut, seperti sisa makanan atau lainnya. Jika ada sumbatan bisa dihilangkan dengan sapuan jari.

Breathing

Setelah tahap airways selesai dan pastikan tidak ada sumbatan jalan nafas, dapat dilakukan tahap berikutnya yakni memberi nafas bantuan. Ketika ada pandemi, bisa dioptimalkan pada pembebasan jalan nafas.

Namun ketika pada tahap memastikan denyut nadi, tidak ditemukan denyut nadi maka harus dilakukan pijatan jantung. Pijatan tersebut difokuskan pada tengah dada. Pada laki-laki, posisi tengah dada dapat ditemukan sejajar dengan puting. Setelah ditemukan titik tekannya, bisa segera dilakukan dorongan pada dada.

Pemijatan jantung ini dapat dilakukan dengan tangan kanan atau kiri penolong, tergantung tangan mana yang dominan. Caranya, telapak tangan penolong yang dominan posisinya di bawah, menempel dada pasien, lalu tangan satunya diletakkan pada punggung tangan yang dominan tadi. Kedua telapak tangan lalu dikunci dengan jari yang saling mengait. Penekanan dada korban dilakukan dengan pangkal telapak tangan yang dominan.

“Lalu beri hentakan pada dada korban dengan kedalaman sekitar 5 cm untuk orang dewasa. Kecepannya sekitar 100-120 kali per menit. Kompresi [tekanan] pertama dilakukan sebanyak 30 kali. Kalau sudah 30 kali, cek ada nafas atau tidak. Kalau tidak ada nafas, langsung diberikan kompresi lima siklus. Baru cek nadi lagi. Kalau belum muncul, lakukan kompresi lima siklus tadi,” jelas dia.

Advertisement

 

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif