SOLOPOS.COM - Deretan panel surya terpasang di atap gedung pertemuan di Taman Wisata Laut (TWL) Labuhan, Desa Labuhan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Panel surya tersebut merupakan bagian dari rangkaian PLTH yang dikembangkan di lokasi itu. Foto diambil, Rabu (22/6/2022)

Solopos.com, BANGKALAN–Tim Ekspedisi Energi 2022 wilayah timur menemukan beberapa inovasi menarik saat mengunjungi Taman Wisata Laut (TWL) Labuhan di Desa Labuhan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Mulai dari inovasi kuliner hingga inovasi energi.

TWL Labuhan awalnya tanah kosong penuh sampah dan semak di bibir pantai. Sumber daya di area perairan di sekitar daratan itu tak diperhatikan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun, sejak ada campur tangan program corporate social responsibility (CSR) dari PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) dan dikelola kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat, Pokdarwis Payung Kuning, kondisi lokasi itu kini jauh berbeda.

Memasuki TWL Labuhan akan langsung disambut dengan pemandangan pantai dengan tanaman cemara laut di sisi daratan dan mangrove di area perairan dangkalnya. Beberapa kursi taman, gazebo, dan lapak-lapak pedagang melengkapi area taman di bibir pantai itu.

Sampah non B3 (bahan berbahaya dan beracun) dari kegiatan penambangan minyak dan gas, yakni tutup pipa berdiameter sekitar 30 cm, yang dicat berwarna-warni tertata sebagai pembatas jalan.

Baca Juga: Kondisi Membaik, Penjualan Energi Listrik PJB Tahun Lalu Meningkat

Ada pula jembatan kayu yang menghubungkan bibir pantai dengan area kebun mangrove. Jika melihat ke laut, terlihat beberapa lokasi pengeboran minyak, meski tidak terlalu jelas karena letaknya jauh.

Di area taman terdapat bangunan semacam tempat pertemuan dengan konsep rumah panggung berdinding kayu. Di salah satu sisi atap terdapat panel surya.

Di belakang bangunan itu terdapat kincir angin. Jika melihat dari keterangan yang tertulis di sisi luar bangunan kayu itu, keberadaan panel surya dan kincir angin tersebut merupakan bagian dari rangkaian pembangkit listrik tenaga hybrid (PLTH) surya-bayu/angin. Energi listrik yang dihasilkan untuk menerangi area TWL Labuhan tersebut.

Baca Juga: Pertamina EP Asset 4 Poleng Field Hanya Memproduksi Migas? Ini Faktanya

Sistem kerja PLTH adalah menggabungkan dua sumber energi terbarukan, yakni matahari dan angin. PLTH itu mampu membangkitkan daya teoritis sebesar 6 kW untuk memenuhi sebagian kebutuhan listrik di lokasi itu.

Prinsip kerjanya, panel surya dan turbin angin mengubah energi matahari dan angin menjadi energi listrik DC. Hasil energi listrik dari kedua perangkat tersebut disimpan ke dalam baterai, kemudian diubah menjadi listrik AC oleh inverter untuk disambungkan dengan beban listrik.

Di antara inverter dan beban listrik, terdapat automatic transfer switch (ATS) yang berfungsi sebagai koneksi sistem dengan listrik PLN. Ketika kondisi PLTH tidak cukup menghasilkan listrik yang dibutuhkan, beban listrik langsung disuplai listrik PLN.

Baca Juga: Ekspedisi Energi 2022 Dimulai, Ini Daftar Destinasinya

Community Development Officer PT PHE WMO, Ulil Masruroh, mengatakan PLTH merupakan salah satu inovasi yang dikembangkan di TWL Labuhan.

“Di lokasi ini banyak digunakan untuk kamping, kebutuhan listrik lumayan tinggi. Kami coba bagaimana mengembangkan energi terbarukan di kawasan pesisir wisata yang itu dikelola kelompok. Sebab, ini masih cukup jarang,” kata dia saat ditemui Tim Ekspedisi Energi 2022 di TWL Labuhan, Rabu (22/6/2022).

Ya, sejak Senin (20/6/2022), Solopos Media Group (SMG) menggelar Ekspedisi Energi 2022. Ekspedisi yang mengangkat tema Inovasi Energi untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi itu didukung PT Adaro Energy Indonesia Tbk, SUN Energy, PT SHA Solo, Pertamina Patra Niaga, PT Geo Dipa Energi, Hyundai, PT Pertamina EP Asset 4 Poleng Field, PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), Pembangkitan Jawa Bali (PJB), SKK Migas, dan Dinas ESDM Jawa Tengah.

Ekspedisi melibatkan dua tim, yakni tim barat dan tim timur. Tim timur menjelajahi wilayah Jawa Timur, seperti Surabaya dan Kabupaten Bangkalan. Salah satu tempat yang dikunjungi adalah TWL Labuhan yang merupakan binaan PT PHE WMO. Dalam mengembangkan inovasi energi terbarukan di kawasan itu, PT PHE WMO juga bekerja sama dengan Politeknik Negeri Jember.

Baca Juga: Bayar Nontunai Pakai MyPertamina di SPBU Mudah, Ini Tahapannya

“Jadi walaupun saat kamping lampu mati, tidak perlu bingung karena ada PLTH. Kini, semua aliran listrik di [TWL] Labuhan sudah beralih ke solar cell [PLTH], kecuali untuk area UKM [masih menggunakan listrik PLN],” kata dia.

PLTH di tempat wisata itu diprogramkan sejak 2021. Pokdarwis TWL Labuhan pun telah diberikan pelatihan untuk mengurus PLTH tersebut.

Selain dari sisi energi, inovasi juga dilakukan pada sisi pengembangan UKM atau usaha kecil menengah. “Kami cukup banyak inovasi dari segi UKM. Kami mengembangkan produk UKM, seperti daun mangrove yang dibikin urapan mangrove dan buahnya dibuat kopi mangrove. Terakhir ada keripik pempek mangrove. Cita rasa khas lokalnya tetap kami berikan, tapi ada inovasi di dalamnya, yakni dari memanfaatkan mangrove,” kata dia.

Anggota tim timur Ekspedisi Energi 2022 berkesempatan mencicipi kopi mangrove tersebut. Sepintas, jika dilihat dari warna maupun aroma, hampir sama seperti kopi hitam pada umumnya. Kalau dari sisi rasa, ada sedikit rasa asam yang menjadikan cita rasa kopi ini menjadi sedikit berbeda.

Ulil mengatakan selain pengembangan produk, pendampingan juga menyentuh tataran pemasaran produk. Program telah mengembangkan website bakaoo.id sebagai market place produk-produk UKM dan jasa wisata binaan PT PHE WMO.



Selain kopi mangrove, tim juga mencoba urapan mangrove. Seperti urapan pada umumnya, urapan mangrove disajikan dengan campuran beberapa sayur lain, seperti taoge yang direbus dan dicampur bumbu kelapa. Menurut Ulil, kedua produk tersebut tidak akan ditemui di daerah lain, sebab itu murni inovasi baru yang dikembangkan di tempat binaannya.

Ketua Pokdarwis Payung Kuning, Muhammad Sahril, mengatakan produk kopi mangrove maupun urap mangrove dibuat dari jenis mangrove tertentu. Kopi mangrove terbuat dari biji kopi dan dicampur biji buah mangrove jenis avicennia. Sedangkan, urapan mangrove dibuat dari campuran daun mangrove avicennia. “Sebelumnya belum tahu [kalau mangrove bisa diolah], setelah Pertamina [PHE WMO] masuk baru ada pelatihan,” kata dia.

Baca Juga: Menuju Net Zero Emission, Ini Langkah SKK Migas

Dia mengatakan kopi dijual secara online, tetapi urapan hanya disediakan di TWL Labuhan setelah ada pemesanan. “Urapan itu hanya di sini, masuk paket. Misalnya, mau kunjungan atau menggelar kegiatan di sini nanti ada harga paket, nanti disajikan urapan mangrove dan kopi mangrove.

Berbagai inovasi yang dilakukan di lokasi tersebut diharapkan bisa semakin memajukan pengelolaan TWL Labuhan. Termasuk mengenai inovasi energi yang dilakukan dengan PLTH yang menurut lelaki yang akrab disapa Sahril itu bisa menghemat biaya listrik.

Sebelum ada PLTH, tagihan listrik PLN di TWL Labuhan mencapai Rp300.000-Rp400.000/bulan. Terlebih, jika ada banyak kegiatan di taman wisata. Setelah menggunakan PLTH, tagihan listrik PLN tidak sampai Rp50.000/bulan. Listrik PLN hanya dipakai untuk menyalakan lampu dan mengoperasikan alat elektronik di warung-warung, seperti blender.

 

Ekspedisi Energi 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya