SOLOPOS.COM - Ilustrasi penjemuran tembakau (JIBI/Solopos/Dok.)

jemur tembakau


Hasil panen tembakau rajangan di kawasan lereng Merapi-Merbabu, Boyolali, dijemur. Foto diambil akhir pekan kemarin. (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Kualitas tembakau rajangan yang ditanam di lereng Gunung Merapi-Gunung Merbabu, Boyolali, musim panen kali ini diakui merosot. Hal itu dipicu cuaca yang tak menentu dalam beberapa waktu terakhir ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu pun berimbas pada menurunnya harga jual tembakau rajangan dari tingkat petani ke pedagang. Salah seorang petani tembakau Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Hadi, 61, mengaku hasil panen tembakau rajangan musim panen kali ini kurang bagus.

“Hujan terus. Cuaca tidak menentu. Jadi panenan kurang bagus,” ungkap Hadi ketika ditemui wartawan di sela-sela aktivitasnya menjemur hasil panennya, akhir pekan kemarin.

Dituturkan dia, hasil panenan tahap pertama hanya ditawar pedagang dengan harga Rp8.000 per kilogram (kg) tembakau kering. Padahal panen tahun sebelumnya bisa laku hingga Rp20.000/kg.

Merosotnya kualitas tembakau tersebut juga diakui petani lainnya, Tarmi, 45, yang menanam 2.000 batang tembakau di lahan miliknya. Menurut dia, kualitas tembakau menurun karena kurang sinar matahari. Dijelaskan dia, daun tembakau yang baik itu terlihat lebih tebal.

“Yang sekarang ini tipis. Kalau daun dipegang dengan tangan, kurang lengket. Ini menunjukkan kadar nikotin rendah. Padahal, para bakul dan pabrikan rokok senang membeli tembakau dari sini dengan kualitas atau kadar nikotin yang tinggi,” paparnya.

Hadi menambahkan panen pertama tembakau, yang dipetik adalah bagian daun yang berada paling bawah. Hasil panen tembakau itu langsung di jemur di bawah terik sinar matahari. Sebagian petani menjemur dengan cara ditusuk memakai batang bambu kecil. Setelah kering, tembakau disimpan dan menunggu bakul yang akan membelinya. “Ini namanya tembakau rosok, jadi tidak dirajang. Yang dirajang nanti pada panen tahap kedua dan seterusnya,” katanya.

Terpisah, tokoh masyarakat Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Tumar, 55, mengungkapkan, mayoritas warga memilih menanam tembakau saat musim kemarau. Tembakau yang ditanam adalah tembakau rajangan. Hasil panen langsung dirajang untuk kemudian dikeringkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya